Minggu, 12 Februari 2012

karya ilmiah tanggapan pemuda desa batee iliek terhadap tempat piknik batee iliek di kecamatan samalanga kab bireuen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan objek pariwisata, tersebar di seluruh wilayah nusantara dari Sabang sampai Merauke. Selain kekayaan geografis, kekayaan sosial budaya dengan aneka adat istiadat telah cukup dikenal di dunia kepariwisataan, meskipun perkembangan kepariwisataan Indonesia masih tertinggal di belakang negara-negara lain, bahkan di kawasan ASEAN (Assosation Of South East Asian Nations) sekalipun (Suwardjoko 2007:85).
Persaingan di kawasan ASEAN dapat dipastikan menjadi penghambat upaya pengembangan kepariwisataan Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan ke Malaysia, Singapura dan negara tetangga lainnya lebih banyak dari pada ke Indonesia dan negara-negara tersebut dapat dipastikan akan tetap mengembangkan sektor kepariwisataaannya dari berbagai macam upaya. Promosi dan kerjasama saling menguntungkan dengan negara tetangga perlu dikembangkan (Suwardjoko 2007:197).
Pembangunan sektor pariwisata  adalah salah satu pembangunan yang sedang digalakkan saat ini, di mana pariwisata merupakan sektor yang sangat penting untuk dikembangkan karena pariwisata merupakan pembangunan yang melibatkan banyak sektor dan daerah-daerah. Pembangunan pariwisata diupayakan menyebar pembangunannya di seluruh Indonesia terutama di daerah-daerah yang menjadi tujuan wisata.  Oleh karena itu, dalam pengembangan industri pariwisata, pemerintah terlebih dahulu membangkitkan motivasi masyarakat setempat yang terletak di kawasan rekreasi dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan industri pariwisata, seperti layanan akomodasi dan penyediaan makanan tetap dikelola oleh masyarakat setempat.
Kabupaten Bireuen merupakan salah satu daerah di provinsi Aceh yang memiliki potensi rekreasi yang menarik untuk dikunjungi dengan berbagai jenis pariwisata yaitu wisata alam, budaya dan spiritual. Daerah ini memiliki alam yang indah dan menarik karenanya potensi alam Bireuen pantas disyukuri dan dijaga kelestariannya.
Kecamatan Samalanga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bireuen yang memiliki panorama alam yang sangat menarik karena daerahnya dialiri oleh Krueng Batee Iliek yang memiliki daya tarik tersendiri bagi para masyarakat setempat dan pengunjung. Rekreasi Krueng Batee Iliek merupakan tempat rekreasi pemandian dengan udara sejuk. Keunikan dari tempat rekreasi ini adalah pengunjung berendam di air sungai yang mengalir dari celah–celah bebatuan yang berukuran besar. Sumber air pemandian ini berasal dari lereng bukit Glee Mancang. Setiap hari libur ramai di kunjungi oleh wisatawan domestik.
Remaja sebagai salah satu subjek wisata merupakan generasi yang perlu perhatian khusus baik dari orang tua maupun pemerintah. Oleh karena itu remaja sebagai pelaku wisata masih memiliki gelora muda dan darah yang masih panas  di mana mereka lebih mengutamakan emosi dari pada pikiran.
Sejalan dengan itu Staniey Hall dalam Agoes Dariyo (2004:13) menyatakan:

Masa remaja dianggap sebagai masa topan-badai dan stress (storm and stress), karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

Dari kutipan di atas dapat dinyatakan bahwa remaja yang baru menanjak dan mengarah dewasa diperlukan bimbingan atau arahan dari orang tua dan masyarakat. Didikan yang terarah dengan baik maka ia akan menjadi remaja yang memiliki tanggang jawab dan mempunyai masa depan yang cerah.
Seiring dengan pelaksanaan syariat islam di Provinsi Aceh secara umum dan  Kabupaten Bireuen khususnya maka pelaksanaan rekreasi perlu diawasi agar pelaksanaannya tidak menyimpang dengan syariat islam. Dalam hal ini sangat perlu kiranya  setiap kalangan dari instansi terkait dan masyarakat untuk berperan aktif dalam mendukung langkah-langkah dalam program wisata yang ada di Kabupaten Bireuen Khususnya Batee Iliek supaya tidak bertentangan dengan pelaksanan syariat islam.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimanakah tanggapan remaja Desa Batee Iliek terhadap tempat rekreasi Krueng Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen?


1.3  Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapa remaja Desa Batee Iliek terhadap tempat rekreasi Krueng Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.

1.4  Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

a.       Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis serta dapat memperoleh informasi tentang tanggapan remaja terhadap rekreasi Krueng Batee Iliek.
b.      Sebagai bahan masukan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bireuen untuk dapat mengolola tempat rekreasi kedepannya.
c.       Sebagai sumbangan pemikiran untuk para remaja yang akan melestarikan tempat rekreasi Krueng Batee Iliek.



BAB II
LANDASAN TEORETIS

21.  Pengertian Remaja
            Remaja merupakan hal yang selalu menarik untuk dibicarakan, orang tua sibuk berfikir tentang anaknya yang telah menanjak dewasa sementara remaja itu sendiri sibuk dengan dirinya yang tidak mudah dimengerti dan diterima oleh orang tuanya. Kadang-kadang ia dipandang sebagai anak yang sudah dewasa,  disisi lain di anggap sebagai anak yang labil.
            Sunarto (2002:45) membagi pengertian remaja itu menjadi tiga bagian yaitu:
a.    Remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan
Seseorang dianggap remaja dari segi hukum dapat ditentukan berdasarkan umurnya yaitu mencapai umur 17 tahun. Apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang melanggar dari aturan hukum seperti mencuri, merampok, berbuat zina dan sebagaianya, sedang usianya masih dibawah 18 tahun, maka bila dijatuhi hukuman tidak dikurung atau di pencara akan tetapi dititipkan di tempat yang disediakan untuk menampung mereka selama menjalani hukum, dan mereka di berikan kesempatan untuk sekolah.
b.    Defenisi remaja untuk masyarakat Indonesia
Menurut Sarlito dalam buku Sunarto sebagai pedoman untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan mempertimbangkan bahwa: usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak( kriteria fisik), di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap aqil baliq, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial) dan pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (Ego Identity)
c.    Batas remaja menurut WHO
Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan di mana:
Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola indentivikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa dan Terjadi peralihan dari ketergantung sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

            Sejalan dengan itu, menurut Mappiare (1982) dalam Muhammad Ali (2004:9) menyatakan ”masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis berpendapat masa remaja merupakan masa di mana seorang manusia baru atau telah melalui proses usia anak-anak meuju proses kedewasaan. Ditandai dengan perkembangan psikis dan fisik sudah lebih matang, mampu mandiri, dan lebih menyesuaikan diri untuk mencari jati diri yang sesungguhnya.
Havinghurst dalam Sunarto (2002:44) mengemukakan ada 8 jenis tugas perkembangan remaja, yaitu:
a.    Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan dan matang.
b.    Mencapai perasaan seks dewasa yang di terima secara sosial
c.    Menerima keadaaan badannya dan menggunakannya secara efektif
d.   Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa
e.    Mencapai kebebasan ekonomi
f.     Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan
g.    Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
h.    Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga negara yang kompeten.

2.2 Pegertian Tanggapan
            Tanggapan merupakan salah satu dampak yang dihasilkan dari adanya suatu komunikasi. Tanggapan menjadi penting karena perilaku manusia salalu didasarkan pada realita dari apa yang ditangkap oleh indranya. Penginderaan itu sangat dipengaruhi oleh kondisi pada saat terciptanya tanggapan.
            Robinsin (1996:42) mengatakan bahwa “tanggapan atau persepsi merupakan proses kognitif, di mana seorang individu memberikan penafsiran terhadap lingkungannya”.
            Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggapan merupakan suatu proses kognitif yang dialami setiap orang dalam memahami dan menafsirkan setiap informasi tentang lingkungannya melalui penglihatan, penginderaan, pengahayatan, perasaan dan penciuman.

2.3. Rekreasi dan Daya Tarik
Upaya melepaskan diri dari ketegangan dan kebosanan pada rutinitas sehari-hari menyebabkan orang mencari kegiatan yang berbeda tanpa beban, menyenangkan, bahkan menantang. Untuk itu sesorang dapat melakukannya tanpa harus melakukannya perjalanan jauh yang membutuhkan waktu khusus. Bisa saja hanya melakukan kegemaran di sekitar rumah tempat tinggalnya, atau sekedar pelesir atau berjalan-jalan santai dipusat perbelanjaan (Suwardjoko 2007:8)
Rekreasi merupakan sifat khas daya tarik dari suatu wisata dimana objek tersebut dapat dinikmati dan dikembangkan ditempat keberadaannya. Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya serta tata kehidupan masyarakat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Suwardjoko (2007:45) menyatakan :

Objek yang menjadi unsur daya tarik atau magnet kedatangan wisatawan di suatu daerah wisata dapat berupa potensi alam, objek alamiah Karunia Tuhan Yang Maha Esa, seperti pemandangan alam, lembah jeram sungai, tebing curam, tantangan alam. Selain itu dapat berupa hasil akal budi manusia yaitu, seni budaya masyarakat yang unik, misalnya kesenian daerah, adat istiadat daerah, yang dapat menjadi daya tarik tambahan, suatu atraksi atau pertunjukan.

Objek dan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah rekreasi alam hasil karunia Tuhan Yang Maha Esa yang berupa air sungai yang mengalir dari celah–celah bebatuan yang berukuran besar. Sumber air pemandian ini berasal dari lereng bukit yang setiap hari libur ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik.
Dalam pengembangan rekreasi harus memiliki beberapa karakteristik. Contohnya daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus dan unik, selain itu harus disediakan pula fasilitas rekreasi dan amusement dan supaya ada kenang-kenangan untuk pengunjung harus disediakan tempat berbelanja seperti souvenir.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupten Bireuen. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2011 sampai dengan 5 Juni 2011. Jadi, dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menghabiskan waktu selama enam belas hari untuk mengumpulkan data.

3.2  Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek penelitian. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja di Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen yang terdiri dari 114 orang/jiwa. Mengingat populasi terlalu banyak maka peneliti mengambil 30% dari populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134) bahwa : apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tapi, jika jumlah subjeknya besar dapat di ambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 34 orang.



3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan unsur penting dalam suatu penelitian atau sebagai informasi yang diperlukan untuk mendeskripsikan variabel yang akan diteliti dan dapat dipergunakan untuk mengumpul data serta mempunyai ikatan yang erat dengan data yang diinginkan. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1.    Metode Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara memperoleh data yang sudah ada di kantor desa dan instansi lain yang memiliki data yang relevan untuk mendukung penelitian.
2.      Metode angket dan wawancara
Metode angket dalam penelitian ini digunakan dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Adapun daftar pertanyaan telah disusun terlebih dahulu untuk ditujukan kepada remaja. Untuk mendukung metode tersebut peneliti menggunakan metode wawancara.
3.      Metode observasi
Metode pengumpulan data dengan cara melihat langsung ke lapangan mengenai kondisi geografis Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.



3.4.   Metode Pengolahan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif persentase untuk pengolahan data yaitu untuk mengetahui dan menggungkapkan variabel yang telah ada. Data yang diperoleh diolah dan diklasifikasi sehingga merupakan akumulasi data yang selanjutnya dan yang selanjutnya dibuat tabel-tabel, kemudian diproses lebih lanjut menjadi perhitungan dalam pengambilan keputusan.
Untuk menganalisa data kuantitatif penulis menggunakan rumus statistik sederhana yang dikemukakan oleh Sudjana (1999:50) yaitu:
Keterangan:
P          = Presentase
f           = Frekuensi
n          = Jumlah Responden
100 % = Ukuran mutlak dalam persentase










BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas Wilayah
            Secara astronomis Desa Batee Iliek terletak antara 5° 9¢ 59,4¢¢ LU - 5° 10¢ 27,4¢ LU dan 96° 20¢ 27,4¢¢ BT - 96° 21¢ 9¢¢ BT. Secara geografis Desa Batee Iliek Kecamatan Samalangan berbatasan dengan:
a.       Sebelah Utara:       Berbatasan dengan Desa Pulo Baroh
b.      Sebelah Timur:      Berbatasan dengan Desa Cot Seren
c.       Sebelah Selatan:    Berbatasan dengan Glee Mancang
d.      Sebelah Barat:       Berbatasan dengan Desa Cot Merak
            Ditinjau dari letak geografis kedudukan Desa Batee Iliek yang terletak di bagian barat Kabupaten Bireuen. Desa Batee Iliek berada di Kecamatan Samalanga dengan luas wilayah secara keseluruhan ± 1.048 Km2.

4.2. Kondisi Fisik dan Sosial Budaya
            Desa Batee Iliek merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen yang dilintasi oleh jalan nasional Banda Aceh-Medan. Dasa ini di aliri oleh sebuah sungai yang dapat dijadikan tempat rekreasi dan sumber pandapatan masyarakat sekitar. Desa  ini memiliki jumlah penduduk 617 orang/jiwa dengan jumlah laki-laki 295 orang/jiwa dan jumlah perempuan 322 orang/jiwa. Wilayah Desa         Batee Iliek sebagian besar penduduknya berpenghasilan dibidang pertanian, sedangkan yang lainnya ada yang menjadi pedagang, pengawai negeri sipil (PNS) dan khususnya bagi pria ada diantara mereka menjadi supir.       
            Aceh dikenal dalam sejarah dengan julukan Serambi Mekkah dan masyarakatnya fanatik kepada agama. Demikian juga halnya masyarakat di Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga yang merupakan bagian dari masyarakat Provinsi Aceh. Adapun masyarakat di desa ini semuanya beragama islam.
            Keadaan ini memperlihatkan kehidupan masyarakat yang akrab dengan mesjid, musalla, tempat pengajian atau pesantren-pesantren dan tempat pendidikan agama lain. Ditinjau dari segi agama masyarakat Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga termasuk masyarakat yang cinta dan taat menjalankan perintah agama. Hal ini dilihat dengan besarnya antusiasme masyarakat melaksanakan shalat berjamaah di meunasah dan mesjid terutama pada waktu subuh dan magrib.
            Penanaman kebiasaan dan sosial budaya juga di dasari oleh nilai-nilai syariat. Ini dapat di lihat dari bentuk-bentuk upacara adat maupun ritual keagamaan di daerah ini, seperti acara hari-hari besar islam yang selalu di sambut dengan cukup meriah contohnya, perayaan maulid, serta lain sebagainya.

 4.3 Potensi Rekreasi Batee Iliek
Batee Iliek adalah nama sebuah sungai yang berlokasi di sebelah selatan Kecamatan Samalanga. Tempat ini telah menjadi rekreasi terkenal sejak awal 90-an. Hingga hari ini ratusan orang berkunjung tiap akhir pekannya, terutama pada hari-hari akhir sekolah sehabis ujian atau memasuki masa liburan sekolah maka akan banyak sekali anak-anak sekolah yang tumpah ruah, baik dari Samalanga sendiri ataupun juga dari luar Samalanga.
Batee Iliek sendiri berasal dari kata batee yang berarti batu, dan iliek yang berarti mengalir, jadi dapat diartikan Batee Iliek adalah sekumpulan batu-batu yang mengalir. Ada juga pendapat yang mengatakan kalau iliek itu berasal dari kata leu’ik yang berarti becek, tapi sedikit yang menyepakatinya. Sejak awal 2007 kawasan rekreasi Krueng Batee Iliek telah dipercantik dengan mendirikan warung-warung yang berjejer rapi di sepanjang tepi sungai, membuat pengunjung dapat dengan mudah menikmati keindahan panorama air sungai.

4.4  Kondisi Sarana dan Prasarana di Tempat Rekreasi Batee Iliek
            Tempat rekreasi Krueng Batee Iliek dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang sudah memadai dengan fasilitas publik seperti musalla, rumah makan, halte, areal parkir dan tempat peristirahatan berupa warung pinggir sungai. Luas areal tempat rekreasi ini ± 2,3 Ha = 0,023 km2 = 23.000 m2.
            Sarana dan prasarana yang ada di tempat rekreasi Batee Iliek semuanya sudah mengalami perbaiki seiring rehabilitasi dan rekontruksi pasca konflik aceh. Semua ini di danai oleh pemerintah daerah Kabupaten  Bireuen dengan melibatkan masyarakata setempat sebagai pengelola tempat rekreasi tersebut.



Gambar 4.1 Foto Udara Desa Batee Iliek





















Gambar 4.2  Daerah Penelitian





















BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Identitas Responden
Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah remaja Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen dengan mengambil 30 sampel dari 114 populasi. Dalam melakukan penelitian dibagikan 34 angket ketika melakukan wawancara, dan semua angket telah penulis kumpulkan kembali. Untuk identitas responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur responden, pendidikan responden, dan jenis kelamin responden. Supaya pengolahan data mudah, setiap jawaban dari responden penulis mentabulasikannya kedalam bentuk tabel.
a.    Umur responden
Berbagai hasil penelitian telah mengungkapkan bahwa kematangan umur akan berpengaruh terhadap pola pikir, perilaku baik formal maupun informal. Selain itu, umur juga sangat mempengaruhi emosional dan rasionalisme. Untuk lebih jelasnya klasifikasi remaja responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden
No
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
1
14 – 16
8
23,5
2
17 – 19
22
64,7
3
20 – 22
4
11,8
Jumlah
34
100,00
Sumber: Kantor Keuchik, 2011
Dari Tabel 5.1 di atas menunjukkan kelompok responden terbesar adalah kelompok berusia 17 – 19 tahun (64,7), diikuti kelompok usia 14 – 16 tahun (23,5) serta kelompok usia 20 – 22 tahun (11,8). Dengan demikian usia responden rata-rata berada pada usia pertengahan remaja.
b.      Tingkat pendidikan responden  
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pengembangan dan pembangunan suatu wilayah khusunya rekreasi daerah. Jenis pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang diikuti remaja. Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Responden
No
Pendidikan
Frekuensi
Persentasi (%)
1
SMP/MTsN
4
11.8
2
SMA/MA
30
88,2
Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui tingkat pendidikan responden pada jenjang pendidikan SMP/MTs adalah 4 oarang (11,8), dan pada jenjang pendidikan SMA/MA sebanyak 30 orang (88,2). Dengan demikian responden terbanyak pada jenjang pendidikan SMA/MA.




c.    Jenis kelamin responden
Mengenai jumlah laki-laki dan perempuan dalam pembagian responden ini dapat dilihat pada Table 5.3.
Tabel 5.3 Jenis kelamin responden
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki – laki
13
38,2
2
Perempuan
21
61,8
Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer 2011
Berdasarkan Tabel 5.3 bahwa responden laki-laki sebanyak 38,2% dan responden perempuan sebesar 61,8%. Dengan demikian jumlah responden menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan berikutnya disusul oleh responden laki-laki.
d.      Pendapat remaja terhadap krueng Batee Iliek di jadikan rekreasi.
Tabel 5.4 Pendapat Remaja Terhadap Krueng Batee Iliek Dijadikan Rekreasi
No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
1
Sangat setuju
17
50
2
Setuju
11
32,4
3
Kurang Setuju
4
11,8
4
Tidak Setuju
2
5,8

Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
            Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa keberadaan Krueng Batee Iliek sebagai rekreasi di Kabupaten Bireuen disambut dengan baik oleh kalangan remaja, hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban sangat setuju yaitu 17 orang atau sebesar 50 %, dan responden yang menyatakan setuju sebanyak 11 orang atau sebesar 36,6 %, serta responden yang menyatakan kurang setuju 2 orang atau sebesar 6,7 %, dan tidak setuju sebanyak 2 orang atau 6,7 %. Dengan demikian lebih dari setengah remaja Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga meyetujui Krueng Batee Iliek  dijadikan salah satu rekreasi di Kabupaten Bireuen.
e.       Keberadaan tempat rekreasi Krueng Betee Iliek dapat menambah wawasan remaja setempat dalam dalam mengelola wisata kedepan.

Tabel 5.5 Adanya Objek Krueng Wisata Batee Iliek dapat Menambah Wawasan Remaja  dalam Mengelola Wisata Ke Depan

No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Sangat setuju
17
50
2
Setuju
12
35,3
3
Kurang Setuju
3
8,8
4
Tidak Setuju
2
5,9

Jumlah
34
100,00
Sumber Data Primer, 2011
            Dari Tabel 5.5 diketahui bahwa keberadaan tempat rekreasi Krueng Batee Iliek itu dapat menambah wawasan remaja setempat dalam mengelola wisata kedepannya, hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden yaitu, 17 orang atau sebesar 50 % menjawab sangat setuju. Adapun yang menjawab setuju sebanyak 12 orang atau sebesar 40 % dan yang menjawab kurang setuju 1 orang sebesar 3,3 %, sedangkan yang menjawab tidak setuju 2 orang atau sebesar 6,7 %. Dengan demikian lebih dari setengah remaja Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga menyetujui bahwa rekreasi dapat menambah wawasan remaja setempat.

f.       Adanya tempat rekreasi dapat terjalin interaksi antara penduduk asli dengan pengunjung

Tabel 5.6 Adanya Tempat Rekreasi ini Dapat Terjalin Interaksi antara Penduduk Asli
               dengan Pengunjung.

No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase(%)
1
Sangat setuju
18
52,9
2
Setuju
13
38,3
3
Kurang Setuju
2
5,9
4
Tidak Setuju
1
2,9

Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer 2011
Dari Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa kegiatan pariwisata dapat terjalin interaksi antara penduduk asli dengan pengunjung dan secara tidak lansung dapat menambah wawasan penduduk setempat khususnya. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya persentase jawaban dari responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 18 responden (52,9%) bahwa rekreasi ini dapat terjalin interaksi antara penduduk setempat dengan pengunjung. Dan jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah 13 responden (38,35%), serta responden yang menjawab kurang setuju 2 orang (5,9%) dan yang menjawab tidak setuju 1 orang (2,9%).
g.      Adakah keberadaan tempat rekreasi Krueng Batee Iliek bertentangan terhadap nilai-nilai islam

Table 5.7 Keberadaan Tempat Rekreasi Krueng Batee Iliek Bertentangan Terhadap Nilai-Nilai Islam
No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase(%)
1
Sering
5
14,7
2
Ada tapi jarang
7
20,6
3
Tidak
22
64,7

Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
            Dari Tabel 5.7 dapat diketahui persentase jawaban reponden yang menilai bahwa rekreasi Krueng Batee Iliek dalam pelaksanaannya jauh dari kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilain islam karena adanya pengawasan dari instansi terakait seperti dinas syariat islam dan adanya dukungan dari masyarakat setempat khususnya para pemuda untuk menciptakan rekreasi yang islami. Hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban responden yang menjawab tidak 22 orang (64,7%). Dan responden yang menjawab Ada tapi jarang sebanyak 7 orang (20,6%) sedangkan yang menjawab sering sebanyak 5 orang (15,7%).
h.      Dampak positif dari rekreasi bagi remaja.
Tabel 5.8 Dampak Positif dari Rekreasi bagi Remaja.
No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase(%)
1
Ya
31
91,2
2
Tidak
3
8,8

Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
            Dari Tabel 5.8 dapat disimpulkan bahwa rekreasi ini dapat berdampak positif bagi kalangan remaja, hal ini dapat diliahat dari persentase jawaban yang menjawab Ya yaitu 31 orang responden (91,2%). Dan responden yang mengatakan tidak sebanyak 3 orang (8,8%). Dengan demikian hampir 100% rekreasi Krueng Batee Iliek dapat berdampak positif bagi remaja.



i.        Dampak negatif dari rekreasi bagi remaja
Tabel 5.9 Dampak Negatif dari Rekreasi bagi Remaja
No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase (%)
1
Ya
14
41,2
2
Tidak
20
58,8

Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
            Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa responden menganggap rekreasi tidak selamanya berdampak negatif hal ini dapat di lihat dari hasil responden yang menjawab Tidak sebesar 20 responden (58,8%) dan yang menjawab Ya sebesar 14 responden (41,2 %). 
j.        Cara menghindari agar tidak timbul dampak negatif
            Pada umumnya responden mengatakan bahwa untuk menghindari agar tidak timbul dampak negatif dari rekreasi Krueng Batee Iliek adalah dengan mentaati peraturan yang telah ditetapkan bagi warga setempat, mensosialisasikan peraturan kepada seluruh pengunjung agar berperilaku sesuai dengan norma agama dan susila.
k.      Pelaksanaan rekreasi yang islami diperlukan pengawasan pemerintah daerah.

Tabel 5.10 Pelaksanaan Rekreasi yang Islami Diperlukan Pengawasan    Pemerintah Daerah

No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase(%)
1
Sangat setuju
32
94,1
2
Setuju
2
5,9
3
Kurang Setuju
0
0
4
Tidak Setuju
0
0

Jumlah
34
100,00
Sumber: Data Primer, 2011    
           Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa responden yang memberikan jawaban sangat setuju sebanyak 32 orang responden (94,1%). Dengan demikian peranan pemerintah daerah sangat diperlukan sebagai pengawal dan pengontrolan nilai-nilai moral remaja yang merupakan anak-anak yang sedang mengarah menuju dewasa yang penuh dengan emosional yang tinggi dan kurang berfikir secara logis. Sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 2 orang (5,9%).
l.        Peran ustadz dalam membina moral remaja di gampong
Tabel 5.11 Peran Ustaz dalam Membina Moral Remaja di Gampong
No
Alternatif Jawaban
Jumlah Responden
Persentase(%)
1
Sangat setuju
33
97,0
2
Setuju
1
3,0
3
Kurang Setuju
0
0
4
Tidak Setuju
0
0

Jumlah
30
100,00
Sumber: Data Primer, 2011
Dari Tabel 5.11 dapat dilihat dengan jumlah bahwa sebayak 33 responden (97,0%) memberikan jawaban sangat setuju dan responden yang menjawab setujun 1 orang (3,0). Dengan demikian peran ustadz (teungku) sangat dibutuhkan dalam pembinaan moral remaja.
m.    Harapan para remaja untuk pengembangan rekreasi krueng Batee Iliek kedepannya.

Untuk pengembangan rekreasi Krueng Batee Iliek ke depannya para remaja umumnya berharap agar pengembangan tempat wisata ini lebih islami. Perlu kerjasama antara pemerintah, teungku/ulama dengan masyarakat supaya tempat wisata lebih maju ke depannya.

5.2 Pembahasan



                                                                                





           

Gambar 5.1 Tempat Pemandian Krueng Batee Iliek
Batee Iliek adalah nama sebuah sungai yang berlokasi di sebelah selatan Kecamatan Samalanga. Tempat ini telah menjadi rekreasi terkenal sejak awal 90-an. Hingga hari ini ratusan orang berkunjung tiap akhir pekannya, terutama pada hari-hari akhir sekolah sehabis ujian atau memasuki masa liburan sekolah maka akan banyak sekali anak-anak sekolah yang tumpah ruah, baik dari Samalanga sendiri ataupun juga dari luar Samalanga.
            Krueng Batee Iliek dikenal sebagai tempat pemandian dengan panorama alam yang indah yang terletak di Desa Batee Iliek Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Krueng Batee Iliek sudah selayaknya dijadikan salah satu rekreasi di Kabupaten Bireuen. Hal ini dilihat dari tingginya antusiasme para remaja yang menginginkan Krueng Batee Iliek dijadikan rekreasi. Selain panorama alam yang indah Krueng Batee Iliek juga terletak sangat strategis, yaitu di lintas jalan nasional Banda Aceh-Medan. Dukungan masyarakat setempat yang mengiginkan daerah ini dijadikan rekreasi  juga cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari banyaknya fasilitas jasa yang di sediakan seperti kamar mandi, kamar ganti, serta tempat-tempat peristirahatan dan musalla.




Gambar 5.2 Rumah Makan dan Musalla
Pengembangan suatu wilayah dalam segala sektor termasuk industri pariwisata, secara tidak langsung akan mempermudah akses maupun interaksi dengan daerah lain. Hal ini, juga terjadi dikawasan rekreasi Krueng Batee Iliek. Di mana kawasan wisata ini dikunjungi orang berbagai pengunjung dari berbagai daerah setiap harinya, baik kalangan anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua yang semua berkumpul dan berinteraksi untuk menikmati panorama alam Krueng Batee Iliek.
            Remaja Batee Iliek yang merupakan generasi penerus pengelolaan rekreasi ke depannya menilai, antusiasme masyarakat yang berasal dari berbagai daerah dan dari kalangan apapun memberikan distribusi yang sangat besar bagi para remaja dalam pengembangan rekreasi ke depannya. Distribusi ini tidak hanya berasal dari informasi tentang adanya rekreasi tetapi juga dapat berupa masukan maupun saran yang diberikan oleh pengunjung terhadap para pengelola rekreasi tersebut.    
Kunjungan para pelancong ke daerah rekreasi ini menjadikan wawasan masyarakat setempat lebih terbuka. Hal ini dikarenakan interaksi yang terjalin antara pengunjung dengan penduduk asli terlihat akrab. Interaksi ini terjadi disebabkan adanya keinginan dari para pengunjung untuk mengetahui dan menikmati segala sarana yang disediakan para penduduk asli baik berupa tempat peristirahatan, maupun jajanan khas daerah ini. Penduduk asli yang menginginkan rekreasi ini terus  dikunjungi oleh semua kalangan termotivasi untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung.
            Setiap kawasan pariwisata biasanya memberikan gambaran umum akan kebebasan khususnya bagi para pengunjung. Hal ini juga terlihat dari gambaran rekreasi Krueng Batee Iliek. Namun seiring dengan diberlakukannya syariat islam di Provinsi Aceh, maka pelaksanaan kegiatan di kawasan rekreasi ini juga didasarkan pada nilai-nilai syariat. Di mana dalam tiap pelaksanaannya diawasi oleh para remaja maupun pemuda setempat. Sehingga sejak diberlakukannya syariat islam maka perbuatan yang bersifat asusila jarang terjadi di kawasan rekreasi ini. Biasanya di lokasi rekreasi ada tertulis peraturan-peraturan untuk pengunjung, contohnya tertera pada Gambar 5.3.  



           




Gambar 5.3 Papan Informasi bagi Pengunjung
Umumnya, setiap rekreasi pasti akan memberikan nilai baik positif maupun negatif bagi penduduk asli. Dan dampak yang sangat besar akan dirasakan oleh kalangan remaja. Dampak positif yang dirasakan oleh penduduk setempat adalah terbukanya lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran. Adapun dampak negatif yang kerap dirasakan khususnya para remaja adalah dalam hal pembentukan moral. Kalangan pengunjung yang tidak berasal dari latar belakang yang sama akan memberikan cerminan moral yang tidak sama terutama dalam tingkah dan perilaku mereka dalam menikmati panorama rekreasi. Dan hal ini sangat berpengaruh bagi pembentukan moral remaja yang masih mencari jati diri.
            Dalam menangkal pengaruh  negatif, maka para remaja dibekali dengan filter ilmu agama sejak dini. Selain ilmu agama dalam pengembangan juga diperlukan peran para ustad maupun teungku-teungku dalam membina moral remaja yang ada di kawasan rekreasi Krueng Batee Iliek ini. Dalam upaya pengembangan dan pelaksanaan rekreasi ke depannya sangat diperlukan pengawasan pemerintah daerah khususnya dinas terkait seperti dinas syariat islam agar dapat menciptakan rekreasi yang bernilai islami kedepannya.
            Kalangan remaja sangat menginginkan dan mengharapkan agar rekreasi ini terus berkembang pesat sehingga daerah mereka tidak hanya dikenal didaerah tingkat kecamatan maupun kabupaten tapi hendaknya dikenal diseluruh Aceh sehingga lapangan pekerjaan semakin banyak dan tingkat pengangguran dapat diatasi. Remaja juga berharap adanya perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam pengelolaan rekreasi ke depannya sehingga dengan semakin berkembangnya rekreasi ini akan memberikan distribusi terhadap pendapatan daerah.








BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
            Sesuai dengan paparan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut :
a.       Umumnya para remaja Desa Batee Iliek setuju terhadap keberadaan rekreasi Krueng Batee Iliek karena dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar, terjalin interaksi dengan masyarakat, serta menambah wawasan remaja dalam mengelola rekreasi ke depannya.
b.      Sebagian besar remaja Desa Batee Iliek  menyatakan bahwa pelaksanaan rekreasi Krueng Batee Iliek tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam, nilai budaya dan adat istiadat.
           
6.2 Saran

a.       Pemerintah daerah hendaknya memperhatikan kegiatan pariwisata di masa yang akan datang terutama daerah-daerah yang menjadi tujuan wisata terutama Batee Iliek dengan membantu fasilitas berupa sarana dan prasarana pendukung kegiatan tersebut.
b.      Di masa yang akan datang semua elemen masyarakat berperan dalam mencegah perbuatan yang melanggar norma-norma agama oleh para remaja memberikan pelatihan dan pengajian keagamaan agar kegiatan wisata berjalan seiring dengan pelaksanaan Syariat Islam di Provinsi Aceh secara umum dan Kabupaten Bireuen secara khusus.
Dalam pembangunan rekreasi peran serta pemerintah sebagai ulil amri dan peranan ulama akan sangat dominan maka diperlukan suatu kerja sama yang bersifat saling menunjang sehingga apa yang diharapkan oleh segenap masyarakat dan pemerintah itu sendiri akan mencapai sebagaimana yang diharapkan.


a.                                                                                                                 
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad dkk. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,    Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Bina      Aksara: Jakarta.

Dario Agos. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Robinsin. 1996. Pengantar Psikologi, Bandung : Angkasa.

Sudjana. 1999. Metoda Statistika, Bandung: PT. Erascos.
Sunarto, 2002. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.
Warpani Suwardjoko, P. 2007, Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah, Bandung: ITB.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar