Minggu, 12 Februari 2012

LAPORAN KKL 2 GEO DI SABANGBANG


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota Sabang letaknya berada di Pulau Weh merupakan bagian dari Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh dikenal dengan slogan: Point Of Zero Kilometer Republic Indonesia (Titik Nol. Kilometer Indonesia), ditandai dengan didirikan monumen untuk menandai dimulainya perhitungan jarak dan luas teritorial Negara Republik Indonesia. Profil Pulau Weh (Kota Sabang) secara umum terletak diantara 05` 46` 28` dan 05` 54` 28` lintang utara dan 95` 13` 02` s/d 95` 22` 28` bujur Timur di ujung paling Barat WilayahRepublik Indonesia. Pulau Weh berada pada ketinggian rata-rata 28 meter di atas permukaan laut, berbatas dengan:
Sebelah Utara : Kota Madya B. Aceh dan aceh Besar
Barat                : Kecamatan Pulau Aceh
Selatan             : Samudera Indonesia
Timur               : Selat Malaka
Pulau Weh memiliki beberapa pulau di sekitarnya diantaranya Pulau Rubiah, Klah, Seulako dan Pulau Rondo. Penduduk Sabang jumlahnya 28,703 jiwa, terdiri atas berbagai etnik suku, agama dan bangsa, termasuk Cina dan India. Untuk mencapai ke Kota Sabang satu-satunya cara bagi wisatawan adalah dengan menyeberangi lautan dari pelabuhan Krueng Raya atau pelabuhan Ulee le di Banda Aceh dengan menggunakan kapal ferry yang akan menyeberang ke pelabuhan Balohan Sabang, jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam. Dari pelabuhan Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju kota Sabang atau ketempat wisata yang dituju. Jarak tempuh dengan menggunakan busmini dari kota Sabang menuju ke kawasan wisata Iboih ( Pulau Rubiah) kurang lebih 45 menit.
Kota Sabang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana umum yang memadai (hotel, restoran, rumah sakit, apotek, sarana komunikasi-warpostel, sarana transportasi, Kantor Polisi, Pompa Bensin, Mesjid, Gereja, Bank, Money Changer, Toserba). Kota Sabang sebagai ODTW Bahari memiliki tempat-tempat wisata bawah laut dengan beragam jenis binatang dan tumbuhan laut yang ada di dalamnya, antara lain: Pantai Iboih di lokasi Pulau Rubiah (dikenal juga dengan taman lautnya), Batee Dua Gapang, Batee Meuroron, Arus Balee, Seulako’s Drift, Batee Tokong, Shark Plateau, Pantee Ideu, Batee Gla, Pantee Aneuk Seuke, Pantee Peunateung, Lhong Angen, Pantee Gua, Limbo Gapang, Batee Meuduro dll.
Sabang memang jauh, tetapi begitu mudah untuk mencapainya. Satu-satunya cara untuk menuju ke Pulau weh adalah lewat Banda Aceh, ibukota provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, mempunyai penerbangan langsung dari Penang dan Kuala Lumpur di Malaysia dan dari Medan, juga beberapa kota besar di Indonesia. Melalui jalan darat, banyak bus modern non stop dari kota Medan, akan melalui banyak tempat, seperti lewat jalur barat dan pantai utara atau dataran tinggi Aceh dan Taman Gunung Leuser. Dari Banda Aceh pilih minibus/labi-labi yang menuju Pelabuhan Krueng Raya di mana ada ferry yang akan menyeberang ke pelabuhan Balohan di Pulau Weh dua kali sehari. Atau menggunakan kapal cepat Km Pulo Rondo/ Km Baruna Duta dari pelabuhan ulee lheu ke pelabuhan Balohan Dari Balohan pilih minibus atau taxi untuk menuju kota Sabang, kemudian naik mini bus ke wisata yang terkenal di sana.
Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli bumi Yunani, Ptolomacus berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut. Pada abad ke Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di pulau Weh dan menamainya Pulau Emas. Pedagang Arab yang berlayar sampai ke pulau Web menamakannya Shabag yang berarti Gunung meletus. Mungkin dari sinilah kata Sabang berasal, dari Shabag. Dari sumber lain dikatakan bahwa nama pulau Weh berasal dari bahasa Aceh yang berarti terpisah. Pulau ini pernah dipakai oleh Sultan Aceh untuk mengasingkan orang-orang buangan. Yang paling penting bagi sejarah Weh adalah sejak adanya pelabuhan di Sabang. Sekitar tahun 1900, Sabang adalah sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Kemudian belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya. Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Singapura. Di saat Kapal laut bertenaga diesel digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan Sabang pun mulai dilupakan. Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri, perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1986.
Iboih memiliki lebih dari 50 bungalow dan 6 restoran yang dapat dipilih. Kebanyakan bungalow yang ada adalah yang sederhana tetapi nyaman. Ada yang mempunyai kamar mandi ada juga yang tidak. Para pengunjung tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari makanan, baik makanan lokal maupun eropa, semua bisa didapat dari restoran maupun warung nasi. Gapang memiliki lebih dari 30 bungalow dan 4 restoran. Beberapa ada yang begitu mewah dan mahal, tetapi ada juga yang sederhana tetapi nyaman. Ada yang memiliki kamar mandi, AC dan TV, tapi ada juga yang tidak memiliki kamar mandi sama sekali. Banyak pilihan makanan yang dapat dipilih dari restoran dan kedai nasi yang ada. Pantai Lhueng Angen mempunyai 10 bungalow dan 1 restoran, sederhana tetapi nyaman. Makanan eropa bisa didapat dari restoran yang dekat dengan bungalow.



1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah kerja lapangan (KKL) ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk menempuh pengalaman atau melihat dari dekat dunia kerja pada daerah yang ada kaitannya dengan kajian bidang ilmu yang bersangkutan.
b.      Dapat memahami rangkaian kegiatan pada daerah tersebut
c.       Dapat memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah

1.3. Waktu Dan Tempat
Kuliah kerja lapangan (KKL) II di sabang ini dilakukan pada beberapa tempat, antara lain sebagai berikut :
a.       Pelabuhan Ule lee, dilakukan pada hari sabtu, 14 mei 2011, pukul 03.00 WIB.
b.      Sumur tiga, dilakukan pada hari minggu, 15 mei 2011, pukul 09.30 WIB.
c.       Mata ie, dilakukan pada hari minggu, 15 mei 2011, pukul 12.00 WIB.
d.      Benteng jepang kelurahan anoi hitam, dilakukan pada hari minggu, 15 mei 2011, pukul 01.00 WIB.
e.       Anoi hitam, dilakukan pada hari minggu 15 mei 2011, pukul 02.00 WIB.
f.       Jaboi, dilakukan pada hari minggu 15 mei 2011, pukul 04.00 WIB.
g.      Danau aneuk laot, dilakukan pada hari senin, 16 mei 2011, pukul 09.30 WIB.
h.      Bendungan Paya Sinara Kec. Suka karya, dilakukan pada hari senin, 16 mei 2011, pukul 10.30 WIB.
i.        Pria laot, dilakukan pada hari senin 16 mei 2011, pukul 11.30 WIB.
j.        KM 0, dilakukan pada hari senin 16 mei 2011, pukul 01.00 WIB.












BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1. Alat Dan Bahan Serta Fungsinya
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.       Larutan HCl
b.      Larutan H2O2, untuk menguji ada tidaknya bahan organik dalam tanah
c.       Termometer air, untuk mengukur suhu air
d.      Termometer udara, untuk mengukur suhu udara
e.       Luv, untuk melihat struktur material dalam tanah
f.       Meteran, untuk mengukur kedalaman permukaan air laut
g.      Pisau, untuk menggores tanah
h.      Ph, untuk melihat waena tanah dan air
i.        Spet 1, untuk pengambilan HCl
j.        Spet 2, untuk pengambilan H2O2
k.      Rol dan busur, untuk mengukur kemiringan lereng
2.2. Manfaat Praktikum
Setelah melakukan penelitian di beberapa tempat ini, mahasiswa di harapkan dapat :
a.         memahami dan mengetahui suhu udara, suhu air, kelembaban, ph tanah, kedalaman air, bentuk lahan, dan kemiringan lereng pada tiap-tiap tempat.
b.        mahasiswa dapat membandingkan perbedaan dari tempat yang satu dengan tempat yang lainnya.
c.         Kegunaan dari berbagai jenis alat
d.        Mengetahui tempat-tempat yang di jadikan penelitian untuk tahap selanjutnya.

2.3. Kegiatan Yang Di Lakukan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adlah sebagai berikut :
1.      Mengukur PH air dan tanah
2.      Mengukur air sumur dan air laut
3.      Mengamati bentuk lahan dan kemiringan lereng
4.      Mengamati tumbuhan (vegetasi)
5.      Mengukur kelembapan udara.
6.      Mengukur suhu udara.
7.      Mengukur kecapatan angin dan tekanan udara.


BAB III
 PEMBAHASAN
3.1. Pelabuhan Ule Lee
            Pelabuhan ule lee merupakan rute pertama yang harus kita tempuh untu menuju ke Sabang jika kita melakukan perjalanan dari Banda Aceh, karena perjalanan ke sabang harus dilakukan dengan mengendarai kapal laut.
            Hasil penelitian adalah sebagai berikut :
a.    Kecepatan angin saat berangkat, 0,4 km/jam.
b.    Kelembapan udara, 77,5 %.
c.    Temperatur udara, 29,6 oC.

3.2. Sumur Tiga
Pantai Sumur Tiga merupakan objek Wisata pantai yang indah disalah satu Provinsi Aceh, terletak di Desa Ie Meulee, Pulau Weh. Pantai Pantai Sumur Tiga yang berpasir putih dengan panorama alam yang begitu mempesona.Pantai ini banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun wisatawan asing, selain itu banyak olahraga pantai yang disediakan seperti diving dan snorkling. Banyaknya fasilitas yang ditawarkan membuat pantai ini banyak dikunjungi wisatawan.
   ( Gambar 1. Inilah bentuk sumur tiga, dimna kondisinya sudah hampir tidak terurus lagi )

Hasil penelitian dilapangan adalah sebagai berikut :
a.       Suhu udara, 32oC
b.      Suhu air, 29oC
c.       Kelembaban, 79 Mmhg
d.      Ph tanah, 7 (netral)
e.       Kedalaman sumur air, 3.70 cm
f.       Kemirimhan lereng, 130 cm sehingga lerengnya dikatakan terjal.
g.      Vegetasi, pohon kelapa, tapak kuda, semak belukar, dan lain-lain.
h.      Bentuk lahan, akibat proses patahan maka lahan mengalami sesar


3.3. BENTENG  ANO  HITAM
Yang dimaksud Benteng Anoi Itam adalah benteng peninggalan Jepang pada jaman dahulu di Anoi Itam, Benteng ini terletak diatas bukit kota atas Sabang yang kini menjadi bukti sejarah. Dari atas benteng ini kita dapat menikmati keindahan panorama kota Sabang. Di masa lalu benteng ini dijadikan sebagai tempat berlindung bagi pasukan Jepang. Banyak benteng Jepang tersebar di seluruh pulau Weh ini dan menjadi alasan mengapa pulau ini dikenal sebagai “Kota Seribu Benteng”. Benteng-benteng itu semuanya dibangun antara tahun 1942 dan 1945 yang dulunya saling terhubung melalui terowongan-terowongan yang sekarang ditutup karena alasan keamanan. Meski demikian, di Anoi Itam salah satu pantai yang ada di Sabang masih banyak benteng perlindungan dalam kondisi cukup baik.
Selain itu ada juga tempat benteng besar dengan banyak pintu masuk ke terowongan di Gunung Batu. Bungalow Flamboyan di Lhong Angen dibangun di bekas lokasi kamp Jepang dan masih banyak peninggalan yang dapat ditemui. Konon, benteng ini juga disebut sebagai tempat yang sering dikunjungi oleh hantu-hantu Jepang. Benteng ini sempat menjadi tempat penyimpanan amunisi bagi armada Jepang.







Gambar 2. ( Inilah kondisi benteng Anoi Itam, jika diperhatikan dengan seksama benteng ini bisa memberikan nilai plus untuk meningkatkan pariwisata )
Hasil penelitian dilapangan adalah sebagai berikut :
-           N = 5o 501 49,211
-           E = 950 221 25,711
-           Elevsi = 26 meter.
-           Kecepatan angin = 8,5  km / jam.
-           Kelembapan udara = 71,6 %.
-           Suhu = 390 C.
-           Tekanan udara = 1019 milibar / 11,09 ATM.
-           Ph air laut = 8.
-           Ph tanah = 7.
-           Kemiringan lereng = 20o
3.4. ANOI HITAM
Anoi hitam merupakan benteng pengintai yang terletak di Kelurahan Anoi Hitam, Kecamatan Suka Jaya. Benteng ini memiliki tiga buah bangunan, dan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pengintaian yang diletakkan di pinggir laut pada sebuah ketinggian. Bangunan pertama ini berdenah persegiempat dengan bagian depan bangunannya berdenah setengah lingkaran. Di dalamnya terdapat tiga ruangan, sebuah ruangan berada di tengah dan ukurannya lebih luas dibandingkan ruangan lainnya. Ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat meriam. Pada saat penelitian meriam tersebut terdapat di bawah pintu masuk bangunan tersebut. Kemudian ruangan lain mengapit ruangan utama memiliki ukuran yang lebih kecil serta keletakkannya agak ke bawah dari tanah sekitarnya.
 Masih di wilayah Kelurahan Anoi Hitam berjarak sekitar 1,5 km terdapat bangunan pengintaian berdenah persegiempat yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan bangunan lainnya. Bangunan itu terdapat di pinggir laut dan menghadap ke arah timurlaut. Bangunan tersebut berukuran 4 m x 2 m, berpintu dan memiliki dua buah lubang pengintaian di samping kiri dan kanan untuk memantau arah utara dan timur. Di bagian atap bangunan terdapat cerobong sebanyak empat buah.







Gambar 3. ( Suasana pantai Anoi Itam dengan pasir yang hitam bagaikan butiran mutiara, sehingga dapat menghipnotis banyak pengunjung )
Hasil penelitian dilapangan adalah sebagai berikut :
-          N = 50 501 1411
-          E = 950 221 26,511
-          Tinggi 2 m DPL.
-          Kelembapan udara = 73,4.
-          Tekanan udara = 1018 milibar.
-          Kemiringan lereng = 90.
-          Suhu air = 2,90.
-          Ph air laut = 8.
-          Ph pasir hitam = 8.
3.5. MATA IE














Gambar 4. ( Mata Ie sebutan untuk tempat ini, karena bagai manapun kondisi cuaca  dan iklim tempat ini selalu menghasilkan air. )

Hasil penelitian dilapangan adalah sebagai berikut :
-          N = 50 511 51.611
-          E = 950 211 1411
-          Kelembapan udara = 69,1 %.
-          Elevasi = 12 m.
-          Suhu udara = 34,1 0C.
-          Kecepatan angin = 0,2 km /jam.
-          Kecepatan udara = 10120 milibar / 1,024 ATM.
-          Suhu air = 260.
-          Ph air = 6.
3.6. PRIA LAOT
Untuk menuju objek wisata ini bisa dengan menggunakan mobil angkutan umum, bisa juga dengan merental mobil atau sepeda motor. Jarak dari pusat kota Sabang sekitar 7 km. Objek wisata ini belum dikelola dengan baik, sehingga kesannya tidak ada kepedulian dari pihak Pemko Sabang atau instansi terkait, padahal kalau dikelola dengan baik akan menghasilkan PAD ( Pendapatan Asli Daerah) bagi kota kecil ini.
Sungai Pria Laot berhulu dari Gunung Sarung Keris. Di tengah-tengah hutan, teidak terlalu jauh dari desa Pria Laot, sungai tersebut berubah menjadi air terjun bertingkat yang menakjubkan. Disana Anda dapat berenang di bawah air terjun, atau sekedar menikmati suasanan hutan lindung dengan kupu-kupu yang bertebaran di sekelilingnya. Air terjun tesebut terletak 1,7 km dari jembatan Pria Laot.
                               
Gambar 5. ( Gelembung udara yang keluar bersamaan dengan Gas yang dihasilkan melalui proses vulkanik aktif yang terdapat didaerah tersebut )
Hasil penelitian dilapangan adalah sebagai berikut :
-          N = 50 501 34,011
-          E = 950 171 08,811
-          Elevasi = 5 meter DPL.
-          Kelembapan udara = 53 %.
-          Suhu udara = 31 oC.
-          Tekanan udara = 1020 milibar.
-          Kelembapan = 64 oC.
-          Ph airlaut = 7.
-          Kecepatan angin = 1,6 km / jam.
-          Suhu air didih = 36oC.
-          Suhu air laut = 24oC.
-          Vegetasi = tumbuhan hutan dan semak belukar.
3.7. JABOI
Wisata Gunung Berapi Jaboi, demikian nama yang tertera pada pintu gerbang, terletak di ketinggian antara 100 m (dpl) hingga mendekati 200 m (dpl). Posisi geografis pada sekitar   5°47’57.51″N dan  95°19’36.01″E.




                         

Gambar 6.  ( Tempat wisata merapi yang ada disabang yaitu terdapat di Jaboi, lihat dan perhatikan asap yang keluar dari kawah yang masih aktif. )
Dari Balohan kita menyusuri jalan aspal ke arah selatan, dan jalur ini adalah termasuk jalur lingkar pulau Weh. Jalan aspal berkontur rapat dengan satu dua lokasi yang “agak rusak” (setidaknya ini adalah kondisi pada awal tahun 2008) masih layak dilalui dengan kendaraan ringan sekelas 1300 – 1800 cc. Kota Jaboi sendiri terletak sekitar 6 km dari Balohan. Kota kecil ini berpenduduk relatif campuran dari berbagai suku di Indonesia, dan ini adalah kondisi “pada umumnya” untuk kota-kota di Pulau ini. Keberagaman penduduk menyebabkan kemudahan kita berkomunikasi, jika kita memerlukan petunjuk tentang sesuatu selama dalam perjalanan ini.
Saat jarak tempuh mencapai sekitar 6,5 km dari Balohan, kita dapati sebuah simpangan arah kanan (arah Barat). Inilah arah lokasi “wisata belerang” Jaboi. Mengikuti jalan ini, yang semakin menanjak, disuguhi pemandangan kebun rakyat di kanan-kiri jalan. Dan sekitar 1-1,5 km kemudian kita akan mencapai “pintu gerbang” di sisi kanan jalan. Belum ada tempat parkir yang representatif, jadi cukup parkirkan kendaraan di bahu jalan. Tidak perlu khawatir akan kendaraan lain yang bersimpangan, karena memang relatif tidak banyak mobil yang melewati jalan ini.
              




Melewati parit, kemudian menanjak tebing yang cukup curam dengan ketinggian sekitar 2 meter. Sesampai disini, setelah melewati beberapa pepohon yang mulai meranggas, kita baru memasuki ‘padang’ yang kedua, yang jauh lebih luas dibandingkan yang pertama. Bongkahan-bongkahan bebatuan berwarna putih ada dimana-mana. Dan untuk melintasi bebatuan ini cukup menantang karena tidak ada medan yang rata, semua berbatu tidak beraturan, dan bebatuan yang kecil tidak terekat dengan yang lain (cepat gugur jika diinjak). Dari tengah lokasi ini terlihat banyak sudut pandang yang menarik. Arah Timur Laut, dari sela-sela pucuk pepohonan rimbun yang terletak lebih rendah dari padang ini terlihat teluk Balohan yang membiru. Cantik.
Hasil penelitian dilapangan adalah sebagai berikut :
Atas :
-          N = 50 471 59,611
-          E = 90o 191 36,111
-          Elevasi = 105 meter DPL.

Bawah :
-          N = 5o 471 5311
-          E = 95o 191 43,811
-          Elevasi = 48 meterDPL.
Kanan :
-          N = 5o 471 56,711
-          E = 95o 191 35,311
-          Elevasi = 88 meter DPL.
Kiri :
-          N = 5o 471 58,611
-          E = 95o 191 39,611
-          Elevasi = 85 meter DPL.

-           Suhu udara = 32oC
-          Suhu air = 80oC
-          Kelembaban = 59 Mmhg
-          Ph tanah = 6 dan tidak mengandung bahan organik
-          Kemirimhan lereng = 110O sehingga lerengnya dikatakan terjal.
-          Vegetasi = semak belukar.











3.8. TUGU KM 0
Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer Nol terletak di desa Iboih Ujong Ba’u 29 kilometer di sebelah barat kota Sabang dan sekitar 5 km dari Iboih. Monumen ini dibangun di ujung tebing setinggi 22,5 meter yang menghadap Samudra Hindia. Dalam bahasa Indonesia Monumen ini disebut Kilometer Nol yang mempunyai symbol burung garuda, burung Garuda legendaries yang terukir padanya.
Para pengunjung bisa mendapat sertifikat dari agen penjalanan resmi mana pun di sabang sebagai bukti kunjungan mereka pada lokasi geografis yang unik ini. Monumen kilometer tujuh terletak sekitar 7 km dari Monumen Kilometer Nol. Hal yang menarik adalah fakta bahwa Monumen ini dulunya merupakan titik Minumen Kilometer Nol namun dipindahkan ke lokasinya yang sekarang sebagai hasil survey geografis yang lebih baik dan menyeluruh.



           


Hasil penelitian



di lapangan adalah sebagai berikut :
a.       Posisi lintang 5o 54’ 21, 99” LU
Posisi bujur 95o 12’ 59, 02” BT
b.      Ketinggian 35,9 m
c.       Ph tanah, 6
d.      Suhu tanah, 30oC
e.       Kelembaban, 71 Mmhg
f.       Suhu udara, 30o
g.      Topografi, berbukit dan bergelombang
h.      Vegetasi, pohon ketapang, hutan hujan tropis, dan lain-lain.
3.9. BENDUNGAN PAYA SEUNARA KEC. SUKA KARYA.
            Merupakan salah satu sumber air tawar yang berguna bagi masyarakat yang ada di kota Sabang.
            Hasil penelitian di lapangan adalah sebagai berikut :
-          N = 5o 501 39,811
-          E = 65o 191 27,511
-          Elevasi = 92 meter DPL.
-          Kecepatan angin = 6 km / jam.
-          Kelembapan = 74,2.
-          Suhu udara = 30 – 31oC.

3.10. DANAU ANEUK LAOT.
            Konon kisahnya dahulu kala, Pulau Weh itu sebenarnya bersatu dengan Pulau Sumatera. Namun dalam sebuah gempa bumi dahsyat, keduanya terpisah seperti kondisi sekarang yang berjarak 18 mil! Akibat gempa itu lagi, Pulau Weh menjadi tandus dan gersang.
Lalu ada seorang putri jelita di Pulau Weh yang meminta pada Tuhan agar Pulau Weh tidak gersang. Ia lalu membuang seluruh perhiasannya ke laut sebagai "kaulnya". Kemudian hujan pun turun, disusul gempa bumi. Akhirnya terbentuklah sebuah danau yang kemudian diberi nama Aneuk Laot di tengah-tengah pulau itu. Putri itu sendiri kemudian terjun ke laut.
Tak usah dipermasalahkan benar-tidaknya, sebab namanya saja legenda. Tetapi yang pasti Danau Aneuk Laot seluas 30 hektar itu masih ada hingga sekarang. Dengan kapasitas air 7 juta ton, danau itu menjadi sumber air minum utama penduduk Sabang. Sementara sumber cadangan air datang dari empat danau lagi, Danau Paya Seunara, Paya Karieng, Paya Peuteupen dan Paya Seumesi.








            Hasil penelitian di lapanngan adalah sebagai berikut :
-          N = 5o 201 22,711
-          E = 95o 191 29,611
-          Kelembapan = 70,0.
-          Ketinggian = 31 meter DPL.
-          Suhu udara 28oC.
-          Tekanan udara = 1020 milibar.
-          Kecepatan angin = 6,2 km / jam.
-          Ph air = 7 → netral.
-          Suhu air = 29oC.
-          Ph tanah = 7.



BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari laporan ini yaitu hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kota sebang di beberapa tempat seperti : tempat penelitian pertama yaitu sumur tiga yang terletek di kelurahan ie meule, kecamatan suka jaya. Di sumur tiga ini hasil penelitian yang kami dapat adalah Suhu udara, 32oC, Suhu air, 29oC, Kelembaban, 79 Mmhg, Ph tanah, 7 (netral), Kedalaman sumur air, 3.70 cm, Kemirimhan lereng, 130 cm sehingga lerengnya dikatakan terjal. Vegetasi yang terdapat di daerah sumur tiga seperti pohon kelapa, tapak kuda, semak belukar, dan lain-lain. Bentuk lahan, akibat proses patahan maka lahan mengalami sesar.
Wisata Gunung Berapi Jaboi, yang tertera pada pintu gerbang, terletak di ketinggian antara 100 m (dpl) hingga mendekati 200 m (dpl). Posisi geografis pada sekitar   5°47’57.51″N dan  95°19’36.01″E. Padang belerang yang pertama ditemui tidak terlalu luas. Bau menyengat sudah sangat terasa sejak di gerbang lokasi tadi. Kepulan uap belerang terlihat di beberapa bagian lokasi. Berjalan agak dalam, sedikit menanjak, kemudian akan ditemui semacam parit besar. Pada ujung parit ini terdapat air yang cukup panas. Mungkin bisa untuk merebus telur, sebagaimana lokasi wisata belerang lainnya.
Lubang Jepang di Batubara dan benteng-benteng di Pulau We merupakan bangunan yang dibangun sebagai kubu pertahanan di wilayah pesisir untuk mengawasi bagian lautnya. Bahan bangunan yang digunakan untuk pembangunannya hampir sama di kedua tempat tersebut, yaitu menggunakan bahan batuan dan semen. Bentuk bangunannya dan ruangan-ruangan di dalamnya disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi bangunannya. Menilik bentuk bangunan yang umumnya berukuran kecil Lubang Jepang di Batubara berfungsi sebagai bangunan penjagaan sebagai bagian pertahanan terhadap musuh dari arah laut. Di Batubara tidak ditemukan bangunan berukuran besar dengan banyak ruangan yang difungsikan sebagai gudang mesiu, atau logistik seperti halnya yang ditemukan di Pulau Weh. Paya Seunara dan Danau Aneuk laot merupakan sumber air tawar bagi masyarakat sabang.

DAFTAR PUSTAKA
Http//Www.sabangisland.Com
http://visitaceh.com/visitaceh/dir_tour.asp?page=wisata&kab=1172&map=yes&lang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar