Minggu, 12 Februari 2012


I. Judul:  Perbandingan Prestasi Belajar Siswa Antara Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dengan Model Talking Stik pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan  merupakan salah satu usaha dari setiap warga negara untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Peranan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan individu-individu sesuai dengan bakatnya, diantaranya dengan pengembangan kemampuan, pengetahuan dan belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menghantarkan peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai satu-satunya cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup lebih mantap di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangatlah tergantung pada proses belajar-mengajar di kelas.
Pendidikan di Aceh sampai saat ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta yang harus di hafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah yang merupakan satu-satunya metode konvensional masih tetap dipertahankan dan menjadi pilihan utama proses pembelajaran. Contoh pembelajaran geografi salama ini, dilaksanakan cendrung kearah pembahasan text book oriented, sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari materi hafalan belaka. Sebenarnya dalam pembelajaran geografi, guru dituntut harus mampu mencoba model-model pembelajaran baru yang mampu memberikan variasi dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga akan menarik siswa untuk dapat menangkap materi yang disampaikan.
Pendidikan geografi adalah salah satu pendidikan yang mengkaji tentang aspek ruang dan tempat di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah gejala-gejala alam dalam kehidupan yang membentuk lingkungan dan tempat-tempat. Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat memberi dampak kepada makhluk hidup yang ada di permukaan bumi.
Pembelajaran geografi melibatkan unsur yang saling berhubungan dalam menentukan keberhasilan belajar. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa/siswi), kurikulum, pengajaran, evaluasi (tes), dan lingkungan (Suharyono, 2002:4). Salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk belajar dengan baik. Suasana pembelajaran yang tidak menoton akan berdampak positif dalam pencapaian hasil yang optimal.
Namun dalam upaya mencapai tujuan dari pengajaran geografi banyak ditemui kendala-kendala diantaranya ialah siswa kurang berminat pada mata pelajaran geografi, ini terjadi karena terbatasnya penggunaan media dan kurang diselenggarakannya tugas pengamatan atau pelajaran dari lapangan, serta kondisi fasilitas dan lingkungan sekolah.
Aspek kurikulum dan kenyataan ujian yang berlaku dalam pengembangan pengajaran guru lebih berorientasi pada penyelesaian bahan berdasarkan kurikulum dan ujian. Metode belajar belum mendapatkan perhatian yang cukup memadai, oleh karena itu guru harus mempunyai kemampuan dalam memilih pendekatan dan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Penggunaan metode yang kurang tepat akan menimbulkan kebosanan pada siswa dalam mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga siswa kurang memahami materi yang disampaikan.
Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan kemampun serta ketrampilan guru dalam mengelola kelas yang optimal sehinga terciptanya kondisi kelas yang dapat merangsang serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sehingga memperoleh hasil maksimal, maka perlu adanya usaha dengan menambah variasi model pembelajaran yang menarik dan inovatif yang mlibatkan siswa, karena guru tidak harus terpaku pada satu model pembelajaran saja. Hal ini berpijak bahwa ketepatan pendidik dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Model pembelajaran yang dipilih sangat ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua hal yaitu bagaimana cara siswa belajar (teori belajar) dan tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran tersebut. Model mencakup strategi, pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran. Contoh model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran langsung dan lain-lain.
Model pembelajaran adalah suatu bentuk pola aktivitas yang merupakan dasar pijkan guru mengorganisasir kegiatan belajar dan mengajar. Model juga berupa konsep dasar pengembangan kegiatan belajar mengajar karena  model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuntun guru menetapkan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis; petunjuk mengorganisir kegiatan belajar-mengajar; meramu komponen-komponen pembelajaran yang dapat mengantarkan aktivitas anak didik aktif secara optimal. Model merupakan cara-cara mengoprasikan suatu kegiaan pembelajaran, dalam mengelola suatau kegiatan belajar-mengajar dikenal beberapa macam model pembelajaran, sala satunya adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa tipe.
Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan aktif ketika pembelajaran berlangsung sehingga menempatkan anak didik sebagai pusat pembelajaran. Proses ini terjadi karena tujuan pembelajaran mewujudkan  kebersamaan yang akan menghasilkan sesuatu yang produktif bukan kompetitif ataupun individualisti. Karena itu penggunaan model pembelajaran tersebut sangat baik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif terdiri dari banyak tipe diantaranya: kooperatif tipe snowball throwing dan talking stik, dimana kedua tipe pembelajaran ini memiliki kelebihan masing-masing yang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Kedua tipe pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak kesamaan diantaranya sama-sama menuntut siswa untuk lebih aktif serta di ajarkan dalam bentuk sebuah permainan sehingga proses belajar mengajar berjalan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan, apakah ada beda prestasi belajar siswa yang lebih baik antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan Talking Stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:Perbandingan Prestasi Belajar Siswa antara Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dengan Tipe Talking Stik Pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMPN 14 Banda Aceh”. 

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, apakah ada beda prestasi belajar siswa yang lebih baik antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan Talking Stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui prestasi belajar yang lebih baik dalam menerapkan model kooperatif tipe snowball throwing dan talking stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh.


1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam penerapan model kooperatif tipe snowball throwing dan Talking Stik.
2.      Bagi siswa karya tulis ini dapat digunakan sebagai acuan motivasi serta meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar .
3.      Bagi sekolah karya tulis ini dapat dikembangkan dan menjadi pedoman bagi pihak sekolah dalam menyusun strategi pembelajaran yang lain.
4.      Bagi pihak lain, menjadi bahan alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.5. Hipotesis Penelelitian
Hipotesis merupakan anggapan sementara yang perlu adanya pembuktian terhadap kebenarannya. Berkaitan dengan ini, Arikunto (2005:18) menjelaskan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang dihadapi yang kebenarannya masih perlu di uji”. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “ Terdapat prestasi belajar yang lebih baik dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan talking stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh”.
1.6. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan proses belajar mengajar khususnya pada  penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking Stik  dengan materi hidrosfer pada pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh.

1.7. Defenisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul skripsi ini maka istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1)      Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).
2)       Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk berkerja sama dengan sesama siswa dalam tugas yang berstruktur (Sugandi dalam Riyandi Purworejo, 2009:2).
3)      Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kerjasama antara kelompok-kelompok, adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu: dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kerta pertanyaan) lalu dilempar kepada siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Jika siswa yang mendapatkan (kertas pertanyaan) tidak biasa menjawab maka siswa tersebut akan dikenakan sanksi (Slamet, 2008: 6).
4)      Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya (Irfatul Aini, 2010:29).
5)      Prestasi belajar merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan atau tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa melalui tahapan-tahapan tertentu yang dapat membuktikan kemampuan seseorang dalam menerima, bersikap serta bertindak cepat dan tepat secara optimal setelah proses belajar mengajar melalui tes (Slameto, 1990:2).

II. Landasan Teoritis
2.1. Pengertian Belajar
            Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang orang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya, (Slameto 2010:2). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh tingah laku atau kepribadian pada diri seseorang dalam interaksi dengan lingkungan yang dapat ditandai dari hasil pengalaman individu itu sendiri.
            Menurut Djamarah dan Zain, (2006:10) “ Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi”. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan.

2.2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
            Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan salah satu model pembelajaran kelompok. Siswa yang lebih pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam menjelaskan dan memahami suatu pembelajaran. Menurut Tim Urge (1997:1) menyebutkan:
“Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam penyelesaian tugas kelompok, setiap anggota saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran”.

            Selanjutnya Thomson dan Smith dalam Ratumanan (2004:130) mengemukakan “Dalam pembelajaran kooperatif siswa berkerja sama dengan kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademis dan keterampilan antar pribadi”. Selanjutnya menurut Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, (2003:60) “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
            Manusia memiliki derajat, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku tetapi juga sesama teman. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa  pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang diberikan kepada siswa dengan cara kelompok yang berjumlah kecil sehingga siswa mampu bekerja sama, saling membantu, saling mencerdaskan dan saling tenggang rasa antara sesama kelompok sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata.
a.       Karakteristik pembelajaran kooperatif
            Menurut Ratumanan (2004:130) ada beberapa karakteristik dari pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
a.         Kelas di bagi atas kelompok-kelompok kecil. Anggota-anggota kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi, yakni tinggi, sedang dan rendah.
b.         Siswa belajar dalam kelompokknya secara kooperatif untuk menguasai materi akademis. Tugas anggota kelompok adalah saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan belajar.
c.         Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat diambil tiga karakteristik dari pembelajaran kooperatif di mana siswa dibagikan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, setiap siswa baik ketua kelompok maupun anggota sama-sama bertanggung jawab demi tercapainya ketuntasan belajar, hasil dari kerjasama yang mereka lakukan sebaiknya diberikan atas nama kelompok. Untuk mencapai ketuntasan belajar, setiap anggota mempunyai tujuan bersama yang jelas. Tujuan yang samar-samar menyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan. Oleh karena itu, sebelum kelompok membahas permasalahan, setiap anggota harus memahami secara jelas tujuan yang ditargetkan dalam diskusi.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi (2003:6) elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah adanya:
a.         Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling menbutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.
b.         Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan siswa.
c.         Akuntabilitas individual
Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok untuk mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan. Penilaian kelompok didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual, inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
d.        Keterampilan menjalin hubungan pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif harus adanya saling interaksi langsung diantara para siswa atau kelompok untuk mengembangkan keterampilan-keterampilannya sehingga siswa tersebut mampu memberikan motivasi dalam kelompok sehingga dapat meraih hasil belajar yang optimal. Pemberian hasil belajar sangatlah berpengaruh terhadap minat siswa sehingga dalam memberi hasil kerja samanya diharapkan atas nama kelompok bukan atas nama individu.
b. Tujuan pembelajaran kooperatif
            Menurut Arends dalam Ratumanan (2004:133), model pembelajaran kooperatif di kembangkan untuk mencapai 3 tujuan, yakni:
a.    Prestasi Akademik
Belajar kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi mauun kemampuan rendah. Siswa berkemampuan lebih tinggi dapat menjadi tutor bagi siswa yang berkemampuan rendah. Dalam proses ini siswa yang berkemampuan lebih tinggi secara akademis mendapat keuntungan karena pengetahuannya dapat lebih mendalam.
b.    Penerimaan akan keanekaragaman
Belajara kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondidisi sosial, untuk berkerja saling bergantung pada tugas-tugas rutin, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dapat belajar menghargai satu sama lain.
c.    Pengembangan keterampilan sosia
Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan pada siswa keterampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi, ini adalah keterampilan yang penting di dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diambil tiga tujuan yang paling mendasar dalam pembelejaran kooperatif yaitu: prestasi akademik, penerimaan akan penghargaan, pengembangan keterampilan sosial. Pola tujuan pencapaian dalam keterampilan kooperatif dapat dijabarkan seperti dua orang memikul balok. Balok tersebut akan dapat dipikul bersama-sama jika kedua orang tersebut berhasil memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang itu berarti kegagalan keduanya. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif memilki dampak yang amat rendah hasil belajarya karena siswa yang rendah hasil belajarnya data meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan hasil belajar rendah, antara lain dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan hasil belajar, retensi atau penyimpanan materi lebih lama.
c. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
Sebelum pembelajaran dimulai ada beberapa unsur dasar yang ditanamkan terlebih dahulu kepada siswa supaya pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif. Menurut Linda L dalam Tim Urge (1997:1) unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.       Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggalam atau berenang bersama”.
b.      Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.       Para siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
d.      Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
e.       Para siswa akan diberikan penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok
f.       Para siswa membagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan berkerja selama belajar.

Dari kutipan diatas, untuk tercapainya kesuksesan dalam pencapaian hasil pelajaran maka siswa diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap seluruh anggota kelompok dan pembagian tugas yang sama besarnya demi terciptanya kebersamaan dan kepercayaan. Didalam suatu kelompok diharapakan semua anggotanya mempunyai tujuan yang sama demi mencapai kesuksesan belajar. Tujuan yang samar-samar meyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan.
d. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Menurut Arends dalam Ratumanan (2004:113) terdapat enam langkah utama dalam pelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
Fase
Tingkah laku guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivas siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siwa
Fase 2
Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demostrasi atau lewat bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk belajar dan bagaimana membantuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5
Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah di pelajari atau masing-masing kelompok memprestasikan hasil kerjanya.
Fase 6
Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok



2.3. Model Snowball throwing
            Model Snowball throwing adalah suatu proses belajar yang dapat meningkatkan aktivitas dalam keterampilan bertanya dengan baik, sistematis, sesuai dengan masalah yang tertuang dalam Kurikulum Berbasir Kompetensi (KBK) di antaranya adalah bertanya. Dengan bertanya siswa mampu menggali materi yang belum dapat dijelaskan oleh guru.  Melalui pertanyaan yang sistematis, siswa dapat berlatih menyusun kalimat yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa indonesia. Tidak sedikit siswa yang mengemukakan pertanyaan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Bahkan mereka belum mampu merumuskan pertanyaan dengan baik dan benar.
            Model snowball throwing ini dapat memberikan kesempata kepada teman dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan yang di kemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Model yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.
            Model snowball throwing adalah model yang digunakan untuk memperdalam suatu topik. Model ini bisa dilakukan oleh beberapa kelompok yang terdiri dari lima sampai delapan orang yang memiliki kemampuan merumuskan pertanyaan yang ditulis dalam sebuah kertas menyerupai bola. Kemudian, kertas itu dilemparkan kepada kelompok lain yang ditanggapi untuk menjawab pertanyaan yang dilemparkan tersebut.
            Menurut Tim Fasilitator Prodi Geografi  (2008:67) langkah-langkah dari model Snowball Throwing ialah sebagai berikut:
1)        Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2)        Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3)        Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4)        Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompoknya
5)        Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang lain selama lebih kurang 15 menit
6)        Setelah siswa dipastikan mendapat satu bola (satu pertanyaan), diberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, siswa yang menjawab salah dikenakan sanksi
7)        Guru memberikan kesimpulan
8)        Evaluasi
9)        Penutup

Model snowball throwing ini dapat memberikan kesempatan kepada teman dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan secara sistematis. Di samping itu dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan dengan tuntutan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.  Selain itu juga dapat melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. Selain itu dapat merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Berikutnya dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih kesiapan siswa. Terakhir dengan menggunakan metode ini memungkinkan siswa saling memberikan pengetahuan, serta saling memberikan pengetahuan.
Kelebihan dari model snowball throwing diantaranya adalah melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. Sedangkan kelemahan dari metode ini yakni pengetahuan tidak luas hanya berputar pada pengetahuan sekitar siswa serta tidak efektif.

2.4 Model Talking Stick
a. Pengertian Metode Talking Stick
Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya.
b. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
            Menurut Tim Fasilitator Prodi Geografi  (2008:66) langkah-langkah dari model talking stik ialah sebagai berikut:
a.       Guru menyiapkan sebuah tongkat
b.      Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
c.       Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya.
d.      Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
e.       Guru memberikan kesimpulan
f.       Evaluasi
g.      Penutup.


c. Kelebihan dan kekurangan Metode Talking Stik
Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan, dan kekurangan. Kelebihan dari metode talking stik adalah, menguji kesiapan siswa, melatih siswa memahami materi dengan cepat,  dan supaya lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai). Kemudian metode talking stik ini juga mempunyai kelemahan antara lain,  membuat siswa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang akan di berikan oleh guru.


III. Metodologi Penelitian
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Banda Aceh yang beralamat di Komplek Perumahan Budha Tzu Chi I Desa Panteriek Lueng Bata Banda Aceh. Waktu penelitian di rencanakan tanggal 1 februari sampai 29 februari 2012.

3.2. Populasi dan Sampel
Setiap penelitian memerlukan data dan informasi dan sumber-sumber yang dapat dipercaya, sumber-sumber itu dalam ilmu penelitian disebut dengan populasi. Populasi adalah sumber data yang menjadi perhatian peneliti demi suatu ruang lingkup dan waktu yang peneliti tentukan (Margono, 2005:118). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 95, sedangkan “Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu” (Margono, 2005:121). Selanjutnya sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 dan siswa kelas VII-2 di SMP Negeri 14 Banda Aceh yang diambil menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dipilih berdasarkan pertimbangan prestasi rata-rata siswa hampir sama. Peneliti menetapkan kelas VII-1 sebagai kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan kelas VII-2 diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe talking stik. Hal ini berdasarkan tujuan penelitian mengetahui perbandingan prestasi belajar siswa antara penerapan model kooperatif  tipe snowball throwing dengan Talking Stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII di SMP 14 Banda Aceh.

3.3. Jenis Penelitian
            Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada jumlah data yang di kumpulkan dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik (Bambang, 2005:105). Jenis penelitian yang digunakan ini adalah studi eksperimen, yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh.

3.4. Teknik Pengumpulan Data
            Untuk memperoleh data yang berkualitas dan valid dalam suatu penelitian maka diperlukan adanya teknik pengumpulan data, Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara-cara untuk memperoleh keterangan yang ada dan berguna bagi penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:
a.       Observasi
            Observasi yaitu kegiatan pengumpulan data lapangan dengan cara mengamati dan melihat secara langsung objek penelitian yang dilakukan sehingga dapat memperoleh data yang akurat. Observasi ini bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran di kelas, memperoleh data mengenai keadaan sekolah terutama keadaan kelas, siswa, guru, serta hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian.
b.      Studi dokumentasi
            Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel, catatan transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, dan notulen lainnya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang profil lembaga pendidikan, jumlah guru, jumlah siswa dan dokumen-dokumen lain yang ada kaitan dengan penelitian ini.
c.       Tes
            Tes adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk menguji sesuatu misalnya tes bakat, prestasi belajar dan sebagainya. Tes yang digunakan berupa soal yang harus dikerjakan dan dijawab oleh siswa yang berupa pre test, yaitu tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum dilaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan Talking Stik guna melihat kemampuan awal siswa, dan post-test yaitu tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung guna mengetahui nilai prestasi siswa.

             Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan sebagai berikut:
a.       Memberikan perlakuan kepada sampel terpilih yaitu kelas VII-1 menggunakan model pembelajaran kooperati tipe Snowball Throwing dengan materi hidrosfer dan kelas VII-2 menggunakan model talking stik dengan materi yang sama.
b.      Masing-masing kelas dilaksanakan pre-test soal materi hidrosfer dalam bentuk pilihan ganda. Setelah melakukan proses pembelajaran, dilakukan  pos-test dengan materi yang telah diajarkan kepada kedua kelompok kelas. Kemudian dilakukan analisis terhadap hasil belajar kedua kelompok tersebut dari  hasil tes awal dan tes akhir pada materi pelajaran yang telah diajarkan. Selanjutnya tes tersebut dijadikan sebagai hasil prestasi belajar yang telah dicapai siswa.

3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1 Analisa hasil belajar
            Data yang diperoleh pada tes hasil belajar diolah dengan menggunakan rumus statistik melalui beberapa tahapan, yaitu:
a.       Meyusun data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mentabulasikannya ke dalam daftar distribusi frekuensi, sehingga akan mempermudah pengolahan data.
b.      Mencari rata-rata () dari tiap-tiap kelas dengan menggunakan rumus:
                     (Sudjana, 2005:67)

c.       Menghitung varian ( dengan menggunakan rumus:
S2 =         (Sudjana, 2005:95)
Keterangan:    
 nilai rata-rata
       S2 = varians
       n = banyaknya data
       fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas
       xi = tanda kelas interval
d.      Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu uji Chi Kuadrat.
               (Sudjana, 2005:273)
Dengan kriteria pengujian tolak Ho jika X2 ≥ X2 (1-α) (k-1) dengan α = taraf nyata dalam pengujian.
e.       Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi homogen  atau tidak. Uji homogenitas yang dilakukan adalah:
F=    (Sudjana, 2005:250)
Kriteria pengujian uji homogenitas:
Jika Fhitung £ Ftabel berarti kedua data adalah homogen
Jika Fhitung tabel berarti kedua data tidak homogeny
3.5.3 Uji hipotesis
                        Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0 : m1 = m2       : Prestasi belajar siswa dengan model snowball throwing sama  dengan  
                          prestasi belajar siswa dengan model talking stik.
H1 : m1 ¹ m2        : Pertasi belajar siswa dengan model snowball throwing tidak sama dengan prestasi belajar siswa dengan model talking stik.
            Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan
rumus:
                    (Arikunto, 2006:311)
Keterangan:
            M         = Mean kelompok perlakuan snowball throwing
            M         = Mean kelompok perlakuan talking stik
            x          = Deviasi setiap x2 dari X1
                y          = Deviasi setiap y2 dari Y1
            Nx        = Jumlah siswa kelompok snowball throwing
            Ny          = Jumlah siswa kelompok talking stik.
Kriteria pengujian adalah: terima Ha atau tolak H0  jika thitung ≥ t.tabel dan terima H0 atau tolak Ha jika thitung  < t.tabel  pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan adalah Nx+Ny  -  2.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar .  Bandung : Pustaka Setia.
Aini, Irfatul. 2010. Skripsi. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smpn 1 Singosari : Malang. Universitas Islam Negeri.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. : Jakarta Rineka Cipta

Djamarah, Syaifulbahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:  Rhineka Cipta.

Hasan, Iqbal. 2009. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik.  Jakarta: Bumi Aksara.


Margono, S. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Konstektual penerapannya dalam KBK. Malang. Universitas Negeri Malang.

Prasetyo, Bambang. 2005 Metode Penelitian Kuantitaif.  Jakarta : Raja Grafindo Persada

Ratumanan, Gerson, dan Tanwey. 2004.  Belajar dan Pembelajaran. Universitas Press.

Slameto. 1990. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
________, 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Transito.


Sugandi. 2009. Model-model pembelajaran inovatif. Alfabeta, Bandung.

Suharyono. 2002.Geografi Dalam Dunia Ilmu dan Pengajaran di Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.

Tim Instruktur Program Studi Geografi. 2008. Model-model Pembelajaran Geografi dan Aplikasinya. FKIP UNSYIAH: Banda Aceh.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Balai pustaka

Tim Urge. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif.  IKIP Surabaya. Program Pasca Sarjana.

Widodo, Slamet. 2008. Skripsi. Peningkatan motivasi siswa bertanya melalui Snowball throwing dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Tasikmalaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar