Selasa, 14 Februari 2012

KTI Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produktivitas lahan sawah (padi) di Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar?


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
       Keadaan rakyat di pedesaan pada umumnya memiliki banyak keterbatasan, baik dari segi sumber daya manusia, ekonomi, maupun kondisi alam dan lingkungan.  Hal ini dapat disebabkan rendahnya tingkat perolehan pendidikan serta minimnya sumber informasi.
       Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai sumber makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Konsumsi beras perkapita penduduk Indonesia tahun 2005 mencapai 139 kg pertahun perorang, untuk memenuhi kebutuhan beras tersebut Indonesia harus mengimpor sebanyak 24.929 ton beras (Anonimus 2004).
       Padi merupakan tulang punggung ekonomi di pedesaan yang diusahakan oleh lebih dari 18 juta petani, menyumbang hampir 70% terhadap Produk Domestik Bruto tanaman pangan, memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi lebih dari 21 juta rumah tangga dengan sumbangan pendapatan sekitar 25-35% (Anonimus 2006).
       Laju peningkatan produktivitas padi sawah secara nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung melandai. Bahkan di beberapa lokasi produktifitasnya cenderung turun disertai merosotnya kualitas hasil (Sumarno 1997).
       Salah satu cara untuk dapat mengoptimalkan sumber daya lahan bagi tanaman padi adalah dengan mempelajari secara obyektif hubungan antara produksi padi di suatu wilayah dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga dapat diketahui faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi padi.
       Dalam lingkup yang lebih sempit permasalahan yang dihadapi saat ini budidaya padi sawah khususnya di Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar, juga mengalami penurunan produktivitas. Hal ini terjadi di mungkinkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas lahan sawah, di antaranya yaitu ketidakterpaduan pengelolaan lahan dan kurangnya kesadaran terhadap upaya pelestarian lahan dan lingkungan, dan eksploitasi lahan sawah secara intensif dan terus menerus telah berlangsung selama bertahun-tahun sehingga berdampak terhadap penurunan tingkat kesuburan dan sifat fisik tanah.
       Pelandaian produktivitas padi terjadi karena kurangnya ketersediaan teknologi spesifik lokasi dan tingkat adopsi teknologi anjuran yang masih relatif rendah. Penerapan teknologi di tingkat petani umumnya dari tahun ke tahun tidak berbeda, sehingga banyak komponen teknologi budidaya padi sawah perlu diperbaiki (Muljady 2005).
       Faktor  lain yang mempengaruhi  dalam budidaya padi sawah adalah  faktor fisik yaitu iklim dimana terjadi perubahan cuaca yang mengalami perubahan yang cukup dinamis. Salah satu kondisi yang dirasakan adalah semakin meningkatnya suhu udara dan tidak seimbangnya jumlah air di musim kemarau dan musim hujan. Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Suhu yang makin tinggi berpengaruh pada peningkatan evaporasi dan evapotranspirasi pada akhirnya menipisnya ketersediaan air.
        Sementara itu, petani tidak cukup mampu beradaptasi terhadap perubahan cuaca yang ditandai dengan tidak berubahnya pola penggunaan air pada padi sawah yang makin terbatas jumlahnya. Kebiasaan petani menggenangi sawahnya terus menerus dari sejak bibit padi ditanam sampai tanaman mendekati waktu panen, baik pada pertanaman musim hujan maupun musim kemarau. Cara seperti ini menunjukkan bahwa penggunaan air irigasi tidak efisien (boros), sehingga kebutuhan air padi sawah mulai penanaman sampai panen antara 800 sampai 1200 mm, dengan konsumsi 6 sampai 10 mm per hari ( Kung dalam De Datta, 1981).
       Kebiasaan petani belum menggunakan benih berlabel, benih yang ditanam berasal dari hasil panen ke panen berikutnya dan petani jarang sekali melakukan pergiliran varietas pada padi sawah. Varietas tertentu apabila memiliki produksi yang tinggi dan tahan terhadap hama khususnya hama wereng seterusnya dipakai oleh petani. Penggunaan varietas secara terus menerus akan menurunkan produktivitas dan ketahanan padi tersebut. Misalnya penggunaan varietas padi IR 64 selama ini diakui tahan terhadap wereng. Tercatat varietas ini selama dua puluh tahun ditanam oleh petani. Akibatnya, IR 64 rentan terhadap Wereng Batang Coklat (WBC) (Anonimus 2005).
       Kebiasaan petani menanam padi dengan sistem tegel, jarak tanam yang rapat dan tidak beraturan sehingga berpengaruh terhadap jumlah anakan perumpun dan produksi gabah per hektar. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan persaingan sistem perakaran tanaman dalam konteks pemanfaatan pupuk (Hale 1987).
       Untuk memecahkan masalah tersebut, perlu adanya perbaikan teknologi dalam budidaya padi sawah di tingkat petani untuk meningkatkan produktivitas padi yang efisien dalam penggunaan air antara lain dengan sistem pengelolaan air, pemakaian benih unggul spesifik lokasi dan sistem pengaturan jarak tanam.

1.2  Rumusan Masalah
·         Faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat produktivitas lahan sawah (padi) di Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar?

1.3    Tujuan  Penelitian
       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas lahan sawah di Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.

1.4    Manfaat  Penelitian
1.      Menambah dan memperluas pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa  tentang tanaman padi dan masalah pertanian.
2.      Memberi informasi kepada para petani mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas lahan sawah mereka, dengan demikian mereka dapat melakukan suatu upaya untuk mengoptimalkan lahan sawahnya dengan benar.


BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1  Pengertian Lahan
       Lahan merupakan daerah dari permukaan bumi yang dicirikan oleh adanya suatu susunan sifat-sifat khusus dan proses-proses yang saling terkait dalam ruang dan waktu dalam tanah, atmosfer dan air, bentuk lahan, vegetasi dan populasi fauna, sebagai hasil dari aktivitas manusia atau tidak (Townshend, 1981). Kemudian Hadjowigeno (1999), menjelaskan bahwa:
            ”lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat kegiatan-kegiatan manusia, seperti reklamasi daerah pantai, penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam”.

Selanjutnya Vink (1975), mengemukakan bahwa:
”lahan adalah suatu konsep yang dinamis. Lahan merupakan tempat dari berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya juga akan sangat berbeda tergantung dari lokasinya”.

       Dengan demikian kemampuan atau daya dukung lahan untuk suatu penggunaan tertentu juga akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya.   Mather (1986), menambahkan bahwa:”sumberdaya lahan mungkin dinilai dalam aspek atau atribut yang berbeda dalam pemanfaatannya. Perbedaan dalam cara penilaian lahan ini akan menyebabkan perbedaan dalam penggunaannya”.


2.2  Pengertian  Lahan  Sawah
       Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dari lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus- menerus tetapi mengalami masa pengeringan.
       Ciri khas tanah sawah dengan tanah tergenang lainnya adalah adanya lapisan oksidasi di bawah permukaan air akibat difusi O2 setebal 0.8-1.0 cm, selanjutnya lapisan reduksi setebal 25-30 cm dan diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air. Selain itu, selama pertumbuhan tanaman padi akan terjadi sekresi O2 oleh akar tanaman padi yang menimbulkan kenampakan khas pada tanah sawah (Musa, 2006).
       Tanah sawah merupakan suatu keadaan di mana tanah tanah yang digunakan sebagai areal pertanaman selalu dalam kondisi tergenang. Penggenangan yang dilakukan pada tanah sawah ini akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan sifat kimia (Agroekoteknologi, 2009).

2.3  Proses  Pembentukan Tanah  Sawah
       Proses pembentukan tanah sawah meliputi berbagai proses; yaitu proses yang dipengaruhi oleh kondisi reduksi – oksidasi ( redoks yang bergantian); penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah; perubahan sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah akibat irigasi( pada tanah kering yang disawahkan) atau perbaikan drainase ( pada tanah rawa yang disawahkan).
       Secara lebih rinci, proses tersebut meliputi: gleisasi dan eluviasi, pembentukan karatan besi dan mangan, pembentukan warna kelabu (grayzation), pembentukan lapisan tapak baja, pembentukan selaput (cutan), penyebaran kembali basa basa, dan akumulasi atau dekomposisi dan perubahan bahan organik (Hardjowigeno, 2005).
       Profil tanah sawah mempunyai lapisan oksidasi dan reduksi. Pada lapisan oksidasi ion NH4+ tidak stabil karena ion ini mudah dioksidasi menjadi NO3+. Oleh karena ion nitrat ini sangat mobil maka ia mudah tercuci ke lapisan reduksi. Di lapisan reduksi inilah nitrat mengalami denitrifikasi sehingga berubah menjadi gas N2. Ion NH4+ stabil pada lapisan reduksi dan dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman padi. Itulah sebabnya pemupukan N berbentuk amonium selalu dibenamkan pada lapisan reduksi (Hasibuan, 2008).
2.4  Tanaman  Padi
       Padi diklasifikasikan sebagai family Gramineae (Poaceae). Berdasarkan klasifikasi Gould (1968) padi termasuk kedalam sub family Oryzeideae, suku Oryzeae. Spesies yang paling sering dibudidayakan di Asia adalah Oryzae sativa.
       Padi (oryza sativa) tumbuh baik di daerah tropis maupun sub- tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus- menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah yang lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu- waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono, 1997).
       Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah tergenang. Penggenangan tanah akan mengakibatkan perubahan- perubahan sifat kimia tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi. Perubahan- perubahan kimia tanah sawah yang terjadi setelah penggenangan antara lain : penurunan kadar oksigen dalam tanah, penurunan potensial redoks, perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen, peningkatan ketersediaan fosfor ( Tim pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2000).
       Tanaman padi dapat tumbuh di daerah beriklim panas yang lembab. Tanaman padi memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan dengan distribusi selama 4 bulan, sedangkan pertahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi yaitu pada suhu 230 C dimana pengaruhnya adalah kehampaan pada biji. Daerah dengan ketinggian 0-1500 meter masih cocok untuk tanaman padi (AAK, 1990).
       Tanah yang baik untuk areal persawahan ialah tanah yang memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk perumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat kemasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta kanopinas modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Hanafiah, 2005).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi  Produksi Padi Sawah
a.        Tanah
       Padi dapat diusahakan di tanah kering dan tanah sawah. Pada tanah sawah, yang terpenting adalah tanah harus merupakan bubur yang lumat, yaitu struktur butir yang basah dan homogen yang kuat menahan air (Sumartono, 1974) atau disebut tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
       Padi sawah cocok ditanam di tanah berempung yang berat dan tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Karena mengalami penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Keasaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padi antara pH 4,0 – 7,0. Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus.
b.        Iklim
       Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya mengandung uap air. Padi dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1300 m di atas permukaan laut. Jika terlalu tinggi, pertumbuhan akan lambat dan hasilnya akan rendah.
       Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm perbulan atau lebih dengan distribusi selama 4 bulan atau sekitar 1500-2000 mm per tahun. Padi menghendaki tempat dan lingkungan yang terbuka, terutama intensitas sinar matahari yang cukup. Intensitas sinar matahari besar pengaruhnya terhadap hasil gabah, terutama saat padi berbunga (45-30 hari sebelum panen), karena 75-80% kandungan tepung dari gabah adalah hasil fotosintesis pada masa berbunga.
       Menurut Sumartono (1974), suhu juga merupakan faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi. Suhu tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif aktif menambah jumlah anakan, karena meningkatnya aktivitas tanaman dalam mengambil zat makanan. Sebaliknya suhu rendah pada masa berbunga berpengaruh baik pada pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi. Suhu yang tinggi pada masa ini dapat menyebabkan gabah hampa, karena proses fotosintesis akan terganggu. Suhu yang untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230C.
c.         Unsur Hara
        Beberapa unsur hara yang dibutuhkan tanaman :Karbon (C), Hidrogen (H),Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl). Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial.
       Berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua,yaitu: unsur hara makro, unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar dan unsur hara mikro, unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil. Unsur hara makro meliputi:N, P, K, Ca, Mg, S. Sedangkan unsur hara mikro meliputi: Fe, Mn, B,Mo, Cu, Zn, Cl.
·         Fungsi Unsur Hara Makro (n-p-k)
       Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur tersebut :
1)      Nitrogen ( N )
·         Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
·         Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
·         Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
·         Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
·         Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
2)      Phospat ( P )
·         Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
·         Merangsang pembungaan dan pembuahan
·         Merangsang pertumbuhan akar
·         Merangsang pembentukan biji
·         Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
·         Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat )
3)      Kalium ( K )
·         Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air.
·         Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
·         Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman
       Unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil antara lain Besi(Fe), Mangaan(Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor(Cl).
a.        Besi (Fe)
       Besi (Fe) merupakan unsur mikro yang diserap dalam bentuk ion feri (Fe3+) ataupun fero (Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit (FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat. Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain. Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma. Penyerapan Fe lewat daundianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe.     Dengan demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien.
       Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe porfirin. Kerja katalase dan peroksidase digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
·         Catalase : H2O + H2O  O2 + 2H2O
·         Peroksidase : AH2 + H2O  A + H2O
       Fungsi lain Fe ialah sebagai pelaksana pemindahan electron dalam proses metabolisme. Proses tersebut misalnya reduksi N2, reduktase solfat, reduktase nitrat. Kekurangan Fe  menyebabakan terhambatnya pembentukan klorofil dan akhirnya juga penyusunan protein menjadi tidak sempurna. Defisiensi Fe menyebabkan kenaikan kaadar asam amino pada daun dan penurunan jumlah ribosom secara drastic. Penurunan kadar pigmen dan protein dapat disebabkan oleh kekurangan Fe. Juga akan mengakibatkan pengurangan aktivitas semua enzim.
b.        Mangaan (Mn)
       Mangaan diserap dalam bentuk ion Mn++. Seperti hara mikro lainnya, Mn dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit (MnSiO3). Defisiensi unsur Mn antara lain : pada tanaman berdaun lebar, interveinal chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tapi lebih banyak menyebar sampai ke daun yang lebih tua, pada serealia bercak-bercak warna keabu-abuan sampai kecoklatan dan garis-garis pada bagian tengah dan pangkal daun muda, split seed pada tanaman lupin.
c.         Seng (Zn)
        Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap lewat daun. Kadr Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Juga berperan dalam biosintesis auxin, pemanjangan sel dan ruas batang.
       Ketersediaan Zn menurun dengan naiknya pH, pengapuran yang berlebihan sering menyebabkan ketersediaaan Zn menurun. Tanah yang mempunyai pH tinggi sering menunjukkan adanya gejala defisiensi Zn, terytama pada tanah berkapur. Adapun gejala defisiensi Zn antara lain : tanaman kerdil, ruas-ruas batang memendek, daun mengecil dan mengumpul (resetting) dan klorosis pada daun-daun muda dan intermedier serta adanya nekrosis.
d.    Tembaga (Cu)
       Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing molekul mengandung satu atom Cu.unsur hara mikro Cu berpengaruh pada klorofil, karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
       Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah, layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
e.    Molibden (Mo)
       Molibden diserap dalam bentuk ion MoO4-. Variasi antara titik kritik dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm.
       Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Mo dapat menghambat pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun menjadi kering kelayuan, tepi daun  menggulung dan daun umumnya sempit. Bila defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-tulang daun lebih dominan.
f.     Boron (B)
       Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa dan difusi.
       Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan atau Si4+. Gejala defisiensi hara mikro ini antara lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan, mudah terserang penyakit.


g.    Klor(Cl)
       Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman, misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh mineral, sehingga sangat mobil dan mudah tercuci oleh air draiinase.
       Sumber Cl sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman. Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel, mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion.
4.    Hama
       Serangga dikatakan hama apabila serangga tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaannya serta dapat bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat merusak tanaman hias , bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainnya.
        Pada tanaman padi, jenis hama yang sering mengganggu adalah jenis hama wereng coklat (nilapervata lugens). Hama jenis ini menghisap cairan dan air dari batang padi muda atau bulir-bulir buah muda yang lunak. Kemudian ada juga hama wereng hijau(nephotettix apicalis),yang mana hama ini dapat merusak kelopak-kelopak dan urat-urat daun padi dengan alat penghisap pada moncongnya. Selain itu ada juga walang sangit dan hama lainnya yang cukup mengganggu tanaman padi.

5.    Saluran Air
       Saluran air atau irigasi berfungsi untuk mengairi lahan sawah agar di saat musim kemarau kebutuhan akan air akan tetap terpenuhi. Sehingga tanaman padi dapat berkembang dengan baik. Apabila air berkurang maka tanaman padi tidak dapat bertahan hidup.
6.    Bibit Padi Unggul
       Benih padi adalah bahan tanaman (planting material) yang dihasilkan dari perkembangbiakan tanaman padi secara generatif yang digunakan untuk produksi benih atau produksi tanaman. Menurut hirarkinya benih unggul padi dibedakan menjadi empat kelas yakni benih penjenis (breeder seeds/ BS), benih dasar (foundation seeds/ FS), benih pokok (stock seeds /SS), serta benih sebar (extension seeds/ ES). Benih unggul ini diproduksi oleh instansi atau badan yang ditetapkan atau ditunjuk oleh Badan Benih Nasional dan mempunyai sertifikat.
       Benih yang dipakai oleh petani adalah kelas benih sebar yakni merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih dasar atau pokok yang dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan kemurniannya terjaga serta memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
       Benih Penjenis adalah benih yang menjadi sumber benih dasar.  Sementara itu benih dasar adalah merupakan keturunan pertama dari benih penjenis. Benih Pokok adalah benih keturunan dari benih penjenis atau benih dasar Jenis-jenis benih tersebut diberi label berbeda-beda. BS dilabeli kuning, FS dilabeli putih, SS dilabeli ungu, ES dilabeli biru. Terdapat satu lagi padi bersertifikat yakni label merah jambu yang merupakan keturunan pertama dari ES, namun setelah tahun 2007 benih dengan label ini sudah tidak diproduksi lagi karena produktivitas yang rendah.



BAB III
METODE  PENELITIAN
3.1  Lokasi dan Waktu Penelitian
       Lokasi penelitian adalah tempat dilakukannya suatu penelitian oleh peneliti. Waktu penelitian adalah jangka waktu yang diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun penelitian ini mengambil lokasi di Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar yang dilakukan mulai tanggal 15 Maret 2011 sampai dengan 14 April 2011.
3.2  Populasi dan Sampel
       Populasi adalah keseluruhan yang menjadi objek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian yang dipilih atau mewakili populasi. Jadi, untuk penelitian ini populasinya adalah Penduduk di Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar, yaitu sebanyak 40KK , sedangkan untuk sampelnya adalah di 20 titik sawah dari 20 orang penduduk yang berprofesi sebagai petani.
3.3  Teknik Pengumpulan Data
  Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.      Observasi, merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti bertujuan untuk menggambarkan situasi umum keadaan lokasi penelitian.
2.      Dokumentasi, yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, data dari kantor geuchik, laporan kegiatan dan data lain yang relevan.
3.      Wawancara,  adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada responden yang jumlah sedikit.
4.      Angket (kuisioner), terdiri dari beberapa item, diberikan kepada para petani di desa Lambada yang menjadi subjek penelitian.

3.4   Teknik Analisis Pengolahan Data
       Dalam pengolahan data penelitian ini, akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Peneliti berusaha mengoorganisasikan sejumlah data yang telah diperoleh untuk mempermudah proses penganalisaannya.
2.      Peneliti menghitung frekuensi persentase dengan menggunakan rumus statistik sederhana dari sudjana (1989:345), yaitu:
P= ×100%
Keterangan:
P         =   Persentase
f 1       =   frekuensi teramati
N        =    jumlah responden
100%  =   bilangan tetap
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A.     Deskripsi Wilayah Desa Lambada
1.    Sejarah Desa Lambada
        Desa lambada merupakan sebuah desa yang berkembang dimana desa ini menggunakan dan memanfaatkan sarana dan prasarana di desa, tetapi masih kurangnya sumber keuangan atau dana. Masyarakat Desa Lambada ini sebagian besar sudah berpendidikan dan memiliki pekerjaan sebagai petani dan pegawai negeri.
2.    Letak dan luas Desa Lambada
       Desa Lambada merupakan desa yang berada di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Secara geografis luas desa Lambada adalah 18,6 Ha. Desa Lambada berbatasan dengan beberapa desa lainnya yaitu:
1)     Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamcot
2)     Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Paleuh Pulo
3)     Sebelah timur berbatasan dengan Pasar Seunelop
4)     Sebelah barat berbatasan dengan Desa  Lamsinyeu dan Desa Paleuh Blang

3.    Letak Astronomis Desa Lamdaya
       Secara astronomis Desa Lambada Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar terletak di 5o29’16’’ -5o29’30’’ LU dan 95o23’06’’-95o23’20’’BT.


4.    Keadaan Alam Desa Lambada
       Desa lambada berada pada wilayah dataran rendah kaki gunung Seulawah Agam. Dimana hal ini mengakibatkan wilayah desa ini sangat cocok untuk lahan pertanian, terutama dijadikan sebagai lahan sawah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar