I.
Judul: Perbandingan Prestasi Belajar
Siswa Antara Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dengan Model Talking Stik pada Pelajaran IPS
Terpadu Kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha dari setiap warga
negara untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam
masyarakat. Peranan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan
individu-individu sesuai dengan bakatnya, diantaranya dengan pengembangan kemampuan,
pengetahuan dan belajar.
Sekolah merupakan
lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk menghantarkan peserta didik untuk
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Sekolah juga dipercaya sebagai
satu-satunya cara agar manusia pada zaman sekarang dapat hidup lebih mantap di
masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan di sekolah sangatlah tergantung
pada proses belajar-mengajar di kelas.
Pendidikan di Aceh
sampai saat ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
perangkat fakta yang harus di hafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah yang merupakan satu-satunya metode
konvensional masih tetap dipertahankan dan menjadi pilihan utama proses
pembelajaran. Contoh pembelajaran geografi salama ini, dilaksanakan cendrung
kearah pembahasan text book oriented,
sehingga terkesan bahwa bidang ini terdiri dari materi hafalan belaka.
Sebenarnya dalam pembelajaran geografi, guru dituntut harus mampu mencoba
model-model pembelajaran baru yang mampu memberikan variasi dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, sehingga akan menarik siswa untuk dapat menangkap materi
yang disampaikan.
Pendidikan geografi adalah salah satu pendidikan yang mengkaji tentang
aspek ruang dan tempat di muka bumi. Penekanan bahan kajiannya adalah
gejala-gejala alam dalam kehidupan yang membentuk lingkungan dan tempat-tempat.
Gejala alam dan kehidupan itu dapat dipandang sebagai
hasil dari proses alam yang terjadi di bumi, atau sebagai kegiatan yang dapat
memberi dampak kepada makhluk hidup yang ada di
permukaan bumi.
Pembelajaran geografi melibatkan unsur yang saling berhubungan dalam
menentukan keberhasilan belajar. Unsur-unsur tersebut adalah pendidik (guru),
peserta didik (siswa/siswi), kurikulum, pengajaran, evaluasi (tes), dan lingkungan
(Suharyono, 2002:4). Salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana
pembelajaran yang dapat menarik minat siswa untuk belajar dengan baik. Suasana
pembelajaran yang tidak menoton akan berdampak positif dalam pencapaian hasil
yang optimal.
Namun dalam upaya mencapai tujuan dari pengajaran geografi banyak ditemui
kendala-kendala diantaranya ialah siswa kurang berminat pada mata pelajaran
geografi, ini terjadi karena terbatasnya penggunaan media dan kurang
diselenggarakannya tugas pengamatan atau pelajaran dari lapangan, serta kondisi
fasilitas dan lingkungan sekolah.
Aspek kurikulum dan kenyataan ujian yang berlaku dalam pengembangan
pengajaran guru lebih berorientasi pada penyelesaian bahan berdasarkan
kurikulum dan ujian. Metode belajar belum mendapatkan perhatian yang cukup
memadai, oleh karena itu guru harus mempunyai kemampuan dalam
memilih pendekatan dan metode sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Penggunaan metode yang kurang tepat akan menimbulkan kebosanan pada siswa dalam
mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga siswa kurang
memahami materi yang disampaikan.
Dalam proses
pembelajaran sangat diperlukan kemampun serta ketrampilan guru dalam mengelola
kelas yang optimal sehinga terciptanya kondisi kelas yang dapat merangsang
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sehingga memperoleh
hasil maksimal, maka perlu adanya usaha dengan menambah variasi model
pembelajaran yang menarik dan inovatif yang mlibatkan siswa, karena guru tidak
harus terpaku pada satu model pembelajaran saja. Hal ini berpijak bahwa
ketepatan pendidik dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh
terhadap kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Model pembelajaran yang
dipilih sangat ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua hal yaitu bagaimana cara
siswa belajar (teori belajar) dan tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran
tersebut. Model mencakup strategi, pendekatan, metode ataupun teknik
pembelajaran. Contoh model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis
masalah, model pembelajaran langsung dan lain-lain.
Model pembelajaran
adalah suatu bentuk pola aktivitas yang merupakan dasar pijkan guru
mengorganisasir kegiatan belajar dan mengajar. Model juga berupa konsep dasar
pengembangan kegiatan belajar mengajar karena
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuntun guru
menetapkan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis; petunjuk
mengorganisir kegiatan belajar-mengajar; meramu komponen-komponen pembelajaran yang
dapat mengantarkan aktivitas anak didik aktif secara optimal. Model merupakan
cara-cara mengoprasikan suatu kegiaan pembelajaran, dalam mengelola suatau
kegiatan belajar-mengajar dikenal beberapa macam model pembelajaran, sala
satunya adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa tipe.
Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan aktif
ketika pembelajaran berlangsung sehingga menempatkan anak didik sebagai pusat
pembelajaran. Proses
ini terjadi karena tujuan pembelajaran
mewujudkan kebersamaan yang akan menghasilkan sesuatu yang produktif bukan kompetitif
ataupun individualisti. Karena itu penggunaan model pembelajaran tersebut sangat baik untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif
terdiri dari banyak tipe diantaranya: kooperatif tipe snowball throwing dan talking
stik, dimana kedua tipe pembelajaran ini memiliki kelebihan masing-masing
yang mampu membangkitkan motivasi siswa dalam proses belajar mengajar. Kedua
tipe pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak kesamaan diantaranya sama-sama
menuntut siswa untuk lebih aktif serta di ajarkan dalam bentuk sebuah permainan
sehingga proses belajar mengajar berjalan menyenangkan.
Berdasarkan uraian di
atas, maka timbul permasalahan, apakah
ada beda
prestasi belajar siswa yang lebih
baik antara
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan Talking Stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Perbandingan Prestasi Belajar Siswa
antara Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dengan Tipe Talking
Stik Pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII SMPN 14 Banda Aceh”.
1.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, apakah ada beda prestasi belajar siswa
yang lebih baik antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan Talking Stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin di capai dalam
penelitian ini adalah, untuk mengetahui prestasi belajar yang lebih baik dalam menerapkan model
kooperatif tipe snowball throwing dan
talking stik pada pelajaran IPS
terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh.
1.4.
Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan dunia pendidikan. Manfaat tersebut
antara lain sebagai berikut:
1.
Bagi
penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam penerapan model kooperatif tipe snowball throwing
dan Talking Stik.
2.
Bagi
siswa karya tulis ini dapat digunakan sebagai acuan motivasi serta meningkatkan
keaktifan siswa dalam belajar .
3.
Bagi
sekolah karya tulis ini dapat dikembangkan dan menjadi pedoman bagi pihak
sekolah dalam menyusun strategi pembelajaran yang lain.
4.
Bagi
pihak lain, menjadi bahan alternatif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
1.5.
Hipotesis Penelelitian
Hipotesis merupakan anggapan sementara yang perlu adanya pembuktian
terhadap kebenarannya. Berkaitan dengan ini, Arikunto (2005:18) menjelaskan
bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang
dihadapi yang kebenarannya masih perlu di uji”. Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah “ Terdapat prestasi belajar yang lebih baik dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan talking
stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh”.
1.6.
Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan
proses belajar mengajar khususnya pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan Talking Stik dengan materi
hidrosfer pada pelajaran IPS Terpadu
kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh.
1.7.
Defenisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian mengenai judul skripsi ini maka istilah
yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2010:2).
2)
Pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk berkerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas yang berstruktur (Sugandi dalam
Riyandi Purworejo, 2009:2).
3) Snowball
Throwing adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kerjasama antara
kelompok-kelompok, adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif yaitu:
dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,
kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola
(kerta pertanyaan) lalu dilempar kepada siswa lain yang masing-masing siswa
menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Jika siswa yang
mendapatkan (kertas pertanyaan) tidak biasa menjawab maka siswa tersebut akan
dikenakan sanksi (Slamet, 2008: 6).
4)
Metode Talking Stick adalah
metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib
menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya
(Irfatul Aini, 2010:29).
5)
Prestasi
belajar merupakan hasil akhir dari suatu kegiatan atau tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh siswa melalui tahapan-tahapan tertentu yang dapat membuktikan
kemampuan seseorang dalam menerima, bersikap serta bertindak cepat dan tepat
secara optimal setelah proses belajar mengajar melalui tes (Slameto, 1990:2).
II.
Landasan Teoritis
2.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah proses usaha yang
dilakukan seseorang orang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi
dengan lingkungannya, (Slameto 2010:2). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
belajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
tingah laku atau kepribadian pada diri seseorang dalam interaksi dengan
lingkungan yang dapat ditandai dari hasil pengalaman individu itu sendiri.
Menurut Djamarah dan
Zain, (2006:10) “ Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman
dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi”. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi
pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan
hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi,
hakikat belajar adalah perubahan.
2.2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan salah
satu model pembelajaran kelompok. Siswa yang lebih pandai membantu siswa yang
kurang pandai dalam menjelaskan dan memahami suatu pembelajaran. Menurut Tim
Urge (1997:1) menyebutkan:
“Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang
berbeda. Dalam penyelesaian tugas kelompok, setiap anggota saling membantu
untuk memahami suatu bahan pelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran”.
Selanjutnya Thomson dan Smith dalam
Ratumanan (2004:130) mengemukakan “Dalam pembelajaran kooperatif siswa berkerja
sama dengan kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademis dan
keterampilan antar
pribadi”. Selanjutnya menurut Abdurrahman dan Bintoro dalam
Nurhadi, (2003:60) “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asuh antar
sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
Manusia memiliki derajat, latar
belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya
perbedaan manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran
kooperatif secara sadar menciptakan interaksi silih asah sehingga sumber
belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku tetapi juga sesama teman.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang diberikan kepada siswa dengan cara kelompok yang berjumlah kecil sehingga
siswa mampu bekerja sama, saling membantu, saling mencerdaskan dan saling
tenggang rasa antara sesama kelompok sebagai latihan hidup dalam masyarakat
nyata.
a.
Karakteristik
pembelajaran kooperatif
Menurut Ratumanan (2004:130) ada
beberapa karakteristik dari pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
a.
Kelas di bagi atas
kelompok-kelompok kecil. Anggota-anggota kelompok terdiri dari siswa dengan
kemampuan yang bervariasi, yakni tinggi, sedang dan rendah.
b.
Siswa belajar dalam
kelompokknya secara kooperatif untuk menguasai materi akademis. Tugas anggota
kelompok adalah saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan
belajar.
c.
Sistem penghargaan
lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat diambil tiga karakteristik dari
pembelajaran kooperatif di mana siswa dibagikan dalam kelompok-kelompok kecil
yang heterogen, setiap siswa baik ketua kelompok maupun anggota sama-sama
bertanggung jawab demi tercapainya ketuntasan belajar, hasil dari kerjasama
yang mereka lakukan sebaiknya diberikan atas nama kelompok. Untuk mencapai
ketuntasan belajar, setiap anggota mempunyai tujuan bersama yang jelas. Tujuan
yang samar-samar menyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk
berusaha mencapai tujuan. Oleh karena itu, sebelum kelompok membahas permasalahan, setiap anggota harus memahami
secara jelas tujuan yang ditargetkan dalam diskusi.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi (2003:6) elemen-elemen pembelajaran kooperatif adalah adanya:
a.
Saling
ketergantungan positif
Dalam pembelajaran
kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling
membutuhkan. Hubungan yang saling menbutuhkan inilah yang dimaksud dengan
saling ketergantungan positif.
b.
Interaksi tatap
muka
Interaksi tatap
muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga
mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan
siswa.
c.
Akuntabilitas
individual
Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru
kepada kelompok untuk mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan
bantuan. Penilaian kelompok didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota
kelompok secara individual, inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas
individual.
d.
Keterampilan
menjalin hubungan pribadi
Dalam pembelajaran
kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran
logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang
bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa dalam model pembelajaran
kooperatif harus adanya saling interaksi langsung diantara para siswa atau
kelompok untuk mengembangkan keterampilan-keterampilannya sehingga siswa
tersebut mampu memberikan motivasi dalam kelompok sehingga dapat meraih hasil
belajar yang optimal. Pemberian hasil belajar sangatlah berpengaruh terhadap minat siswa sehingga dalam memberi hasil kerja samanya
diharapkan atas nama kelompok bukan atas nama individu.
b. Tujuan pembelajaran kooperatif
Menurut Arends
dalam Ratumanan (2004:133), model pembelajaran kooperatif di kembangkan untuk
mencapai 3 tujuan, yakni:
a.
Prestasi
Akademik
Belajar kooperatif sangat menguntungkan
baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi mauun kemampuan rendah. Siswa
berkemampuan lebih tinggi dapat menjadi tutor bagi siswa yang berkemampuan
rendah. Dalam proses ini siswa yang berkemampuan lebih tinggi secara akademis
mendapat keuntungan karena pengetahuannya dapat lebih mendalam.
b.
Penerimaan
akan keanekaragaman
Belajara kooperatif
menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondidisi
sosial, untuk berkerja saling bergantung pada tugas-tugas rutin, dan melalui
penggunaan struktur penghargaan kooperatif dapat belajar menghargai satu sama
lain.
c.
Pengembangan
keterampilan sosia
Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan
pada siswa keterampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi, ini adalah
keterampilan yang penting di dalam suatu masyarakat.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diambil tiga tujuan
yang paling mendasar dalam pembelejaran kooperatif yaitu: prestasi akademik,
penerimaan akan penghargaan, pengembangan keterampilan sosial. Pola tujuan
pencapaian dalam keterampilan kooperatif dapat dijabarkan seperti dua orang
memikul balok. Balok tersebut akan dapat dipikul bersama-sama jika kedua orang
tersebut berhasil memikulnya. Kegagalan salah satu saja dari kedua orang itu
berarti kegagalan keduanya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif memilki
dampak yang amat rendah hasil belajarya karena siswa yang rendah hasil
belajarnya data meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Manfaat
pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan hasil belajar rendah, antara lain
dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan hasil belajar, retensi atau
penyimpanan materi lebih lama.
c. Unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif
Sebelum pembelajaran dimulai ada beberapa unsur dasar yang ditanamkan
terlebih dahulu kepada siswa supaya pembelajaran kooperatif dapat berjalan
secara efektif. Menurut Linda L dalam Tim Urge (1997:1) unsur-unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.
Para
siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggalam atau berenang bersama”.
b.
Para
siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya,
disamping tanggung jawab diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c.
Para
siswa harus membagi tugas dan berbagai tanggung jawab sama besarnya diantara
para anggota kelompok.
d.
Para
siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
e.
Para
siswa akan diberikan penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi
seluruh anggota kelompok
f.
Para
siswa membagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan berkerja
selama belajar.
Dari kutipan diatas, untuk tercapainya kesuksesan dalam pencapaian hasil
pelajaran maka siswa diharapkan memiliki tanggung jawab terhadap seluruh
anggota kelompok dan pembagian tugas yang sama besarnya demi terciptanya
kebersamaan dan kepercayaan. Didalam suatu kelompok diharapakan semua
anggotanya mempunyai tujuan yang sama demi mencapai kesuksesan belajar. Tujuan
yang samar-samar meyebabkan kurangnya motivasi diantara anggota kelompok untuk
berusaha mencapai tujuan.
d. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Menurut Arends dalam
Ratumanan (2004:113) terdapat enam langkah utama dalam pelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
Fase
|
Tingkah laku
guru
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan motivas siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siwa
|
Fase
2
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demostrasi atau lewat
bacaan.
|
Fase
3
Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk belajar dan bagaimana
membantuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.
|
Fase
4
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
Fase
5
Evaluasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah di pelajari atau
masing-masing kelompok memprestasikan hasil kerjanya.
|
Fase
6
Memberikan
penghargaan
|
Guru
mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok
|
2.3.
Model Snowball throwing
Model Snowball throwing adalah suatu proses
belajar yang dapat meningkatkan aktivitas dalam keterampilan bertanya dengan
baik, sistematis, sesuai dengan masalah yang tertuang dalam Kurikulum Berbasir
Kompetensi (KBK) di antaranya adalah bertanya. Dengan bertanya siswa mampu menggali
materi yang belum dapat dijelaskan oleh guru.
Melalui pertanyaan yang sistematis, siswa dapat berlatih menyusun
kalimat yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa indonesia. Tidak sedikit siswa
yang mengemukakan pertanyaan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan. Bahkan
mereka belum mampu merumuskan pertanyaan dengan baik dan benar.
Model
snowball throwing ini dapat
memberikan kesempata kepada teman dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan
yang di kemas dalam sebuah permainan yang
menarik yaitu saling melemparkan bola salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman.
Model yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat
sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan
pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.
Model
snowball throwing adalah model yang
digunakan untuk memperdalam suatu topik. Model ini bisa dilakukan oleh beberapa
kelompok yang terdiri dari lima sampai delapan orang yang memiliki kemampuan
merumuskan pertanyaan yang ditulis dalam sebuah kertas menyerupai bola.
Kemudian, kertas itu dilemparkan kepada kelompok lain yang ditanggapi untuk
menjawab pertanyaan yang dilemparkan tersebut.
Menurut
Tim Fasilitator Prodi Geografi (2008:67)
langkah-langkah dari model Snowball
Throwing ialah sebagai berikut:
1)
Guru
menyampaikan materi yang akan disajikan
2)
Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
3)
Masing-masing
ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi
yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4)
Kemudian
masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan
yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompoknya
5)
Kertas
tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa kesiswa yang lain
selama lebih kurang 15 menit
6)
Setelah
siswa dipastikan mendapat satu bola (satu pertanyaan), diberi kesempatan kepada
siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis pada kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian, siswa yang
menjawab salah dikenakan sanksi
7)
Guru
memberikan kesimpulan
8)
Evaluasi
9)
Penutup
Model snowball throwing ini dapat memberikan
kesempatan kepada teman dalam kelompok untuk merumuskan pertanyaan secara
sistematis. Di samping itu dapat membangkitkan keberanian siswa dalam
mengemukakan pertanyaan dengan tuntutan pertanyaan kepada teman lain maupun
guru. Selain itu juga dapat melatih
siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik. Selain itu
dapat merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang
dibicarakan dalam pelajaran tersebut. Berikutnya dapat mengurangi rasa takut
siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru serta melatih kesiapan siswa.
Terakhir dengan menggunakan metode ini memungkinkan siswa saling memberikan
pengetahuan, serta saling memberikan pengetahuan.
Kelebihan dari model snowball throwing diantaranya adalah
melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi
yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. Sedangkan kelemahan dari
metode ini yakni pengetahuan tidak luas hanya berputar pada pengetahuan sekitar
siswa serta tidak efektif.
2.4
Model Talking Stick
a. Pengertian Metode Talking Stick
Talking Stick merupukan
salah satu metode yang dapat digunakan dalam model pembelajaran inovatif yang
berpusat pada siswa. Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan
bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya.
b. Langkah-Langkah Metode Talking Stick
Menurut Tim Fasilitator
Prodi Geografi (2008:66) langkah-langkah
dari model talking stik ialah sebagai
berikut:
a.
Guru
menyiapkan sebuah tongkat
b.
Guru
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada
pegangannya/paketnya
c.
Setelah
selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup
bukunya.
d.
Guru
mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru
e.
Guru
memberikan kesimpulan
f.
Evaluasi
g.
Penutup.
c. Kelebihan dan
kekurangan Metode Talking Stik
Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan, dan
kekurangan. Kelebihan dari metode talking
stik adalah, menguji kesiapan siswa, melatih siswa memahami materi dengan
cepat, dan supaya lebih giat belajar
(belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai). Kemudian metode talking
stik ini juga mempunyai kelemahan antara lain, membuat siswa tegang, ketakutan akan
pertanyaan yang akan di berikan oleh guru.
III.
Metodologi Penelitian
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 14 Banda Aceh yang beralamat di Komplek Perumahan
Budha Tzu Chi I Desa Panteriek Lueng Bata Banda Aceh. Waktu penelitian di rencanakan tanggal 1 februari sampai 29 februari 2012.
3.2. Populasi dan Sampel
Setiap penelitian
memerlukan data dan informasi dan sumber-sumber yang dapat dipercaya,
sumber-sumber itu dalam ilmu penelitian disebut dengan populasi. Populasi
adalah sumber data yang menjadi perhatian peneliti demi suatu ruang lingkup dan
waktu yang peneliti tentukan (Margono,
2005:118). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh yang terdiri dari 4 kelas yang
berjumlah 95, sedangkan
“Sampel adalah bagian dari
populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”
(Margono, 2005:121). Selanjutnya
sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 dan siswa kelas VII-2 di
SMP Negeri 14 Banda Aceh yang diambil menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dipilih berdasarkan pertimbangan
prestasi rata-rata siswa hampir sama.
Peneliti menetapkan kelas VII-1 sebagai kelas yang diajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe snowball
throwing dan kelas VII-2 diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe
talking stik. Hal ini berdasarkan
tujuan penelitian mengetahui perbandingan
prestasi belajar siswa antara penerapan model kooperatif tipe snowball throwing dengan Talking Stik pada pelajaran IPS terpadu kelas VII di SMP 14 Banda Aceh.
3.3. Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan pada jumlah
data yang di kumpulkan dan data yang diperoleh dianalisis secara statistik
(Bambang, 2005:105). Jenis penelitian yang digunakan ini adalah studi
eksperimen, yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 14 Banda Aceh.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh
data yang berkualitas dan valid dalam suatu penelitian maka diperlukan adanya
teknik pengumpulan data, Teknik
pengumpulan data adalah metode atau cara-cara untuk memperoleh keterangan yang
ada dan berguna bagi penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini terdiri dari:
a.
Observasi
Observasi
yaitu kegiatan pengumpulan data lapangan dengan cara mengamati dan melihat
secara langsung objek penelitian yang dilakukan sehingga dapat memperoleh data
yang akurat. Observasi ini bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran di
kelas, memperoleh data mengenai keadaan sekolah terutama keadaan kelas, siswa,
guru, serta hal-hal lain yang diperlukan dalam penelitian.
b.
Studi
dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel, catatan
transkrip, buku-buku, surat kabar, majalah, dan notulen lainnya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data
tentang profil lembaga pendidikan, jumlah guru, jumlah siswa dan
dokumen-dokumen lain yang ada kaitan dengan penelitian ini.
c.
Tes
Tes adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk menguji
sesuatu misalnya tes bakat, prestasi belajar dan sebagainya. Tes yang digunakan
berupa soal yang harus dikerjakan dan dijawab oleh siswa yang berupa pre test, yaitu tes awal yang diberikan
kepada siswa sebelum dilaksanakan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe snowball throwing dan
Talking Stik guna melihat kemampuan
awal siswa, dan post-test
yaitu tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung guna
mengetahui nilai prestasi siswa.
Adapun langkah-langkah
dalam pelaksanaan sebagai berikut:
a.
Memberikan perlakuan kepada sampel
terpilih yaitu kelas VII-1 menggunakan model pembelajaran kooperati tipe Snowball Throwing dengan materi
hidrosfer dan kelas VII-2 menggunakan model talking
stik dengan materi yang sama.
b.
Masing-masing kelas dilaksanakan pre-test
soal materi hidrosfer dalam bentuk pilihan ganda. Setelah melakukan proses
pembelajaran, dilakukan pos-test dengan
materi yang telah diajarkan kepada kedua kelompok kelas. Kemudian dilakukan
analisis terhadap hasil belajar kedua kelompok tersebut dari hasil tes awal dan tes akhir pada materi
pelajaran yang telah diajarkan. Selanjutnya tes tersebut dijadikan sebagai
hasil prestasi belajar yang telah dicapai siswa.
3.5. Teknik Analisis Data
3.5.1
Analisa hasil belajar
Data yang
diperoleh pada tes hasil belajar diolah dengan menggunakan rumus statistik
melalui beberapa tahapan, yaitu:
a.
Meyusun data yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan mentabulasikannya ke dalam daftar distribusi frekuensi,
sehingga akan mempermudah pengolahan data.
b.
Mencari rata-rata (
) dari tiap-tiap kelas
dengan menggunakan rumus:


c.
Menghitung varian (
dengan menggunakan rumus:

S2 =
(Sudjana, 2005:95)

Keterangan:

S2 =
varians
n = banyaknya data
fi = frekuensi yang
sesuai dengan tanda kelas
xi = tanda
kelas interval
d.
Uji Normalitas
Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal
atau tidak. Uji kenormalan yang
digunakan yaitu uji Chi Kuadrat.

Dengan kriteria pengujian tolak Ho jika X2 ≥ X2
(1-α) (k-1) dengan α = taraf nyata dalam pengujian.
e.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi
homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
dilakukan adalah:
F=
(Sudjana, 2005:250)

Kriteria pengujian uji homogenitas:
Jika Fhitung £ Ftabel berarti
kedua data adalah homogen
Jika Fhitung ≥
Ftabel berarti kedua data tidak homogeny
3.5.3 Uji hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
H0
: m1
= m2
: Prestasi
belajar siswa dengan model snowball
throwing sama dengan
prestasi belajar siswa dengan model talking stik.
H1
: m1
¹
m2
:
Pertasi belajar siswa dengan model snowball
throwing tidak sama dengan prestasi belajar siswa dengan model talking stik.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan statistik uji-t dengan
rumus:

Keterangan:
M = Mean kelompok perlakuan snowball throwing
M = Mean kelompok perlakuan talking stik
x = Deviasi setiap x2 dari X1
y = Deviasi setiap y2 dari Y1
Nx
= Jumlah siswa kelompok snowball throwing
Ny = Jumlah siswa kelompok talking stik.
Kriteria
pengujian adalah: terima Ha atau tolak H0 jika thitung ≥ t.tabel
dan terima H0 atau tolak Ha jika thitung < t.tabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat
kebebasan adalah Nx+Ny - 2.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2005. Strategi Belajar Mengajar . Bandung : Pustaka Setia.
Aini, Irfatul.
2010. Skripsi. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smpn 1 Singosari : Malang. Universitas Islam Negeri.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. : Jakarta Rineka
Cipta
Djamarah,
Syaifulbahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rhineka Cipta.
Hasan,
Iqbal. 2009. Analisis Data Penelitian
Dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Margono,
S. 2005. Metodelogi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta
Nurhadi.
2003. Pembelajaran Konstektual penerapannya
dalam KBK. Malang. Universitas
Negeri Malang.
Prasetyo,
Bambang. 2005 Metode Penelitian Kuantitaif.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Ratumanan,
Gerson, dan Tanwey. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Universitas
Press.
Slameto. 1990. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
________, 2010.
Belajar dan Faktor – Faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Sudijono,
Anas. 2005. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Sudjana.
2005. Metode Statistik. Bandung:
Transito.
Sugandi. 2009. Model-model pembelajaran inovatif.
Alfabeta, Bandung.
Suharyono. 2002.Geografi
Dalam Dunia Ilmu dan Pengajaran di Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Tim
Instruktur Program Studi Geografi. 2008. Model-model
Pembelajaran Geografi dan Aplikasinya. FKIP UNSYIAH: Banda Aceh.
Tim
Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991. Kamus Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Balai pustaka
Tim
Urge. 1997. Petunjuk Pelaksanaan
Pembelajaran Kooperatif. IKIP Surabaya. Program Pasca Sarjana.
Widodo,
Slamet. 2008. Skripsi. Peningkatan
motivasi siswa bertanya melalui Snowball throwing dalam pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan: Tasikmalaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar